Benci dan Cinta
Pentigraf: Yant Kaiy
Langit tak selamanya cerah. Bintang tak selamanya
berkedip. Ada siang, ada gelap. Demikian
pula hidup ini. Hidupku semula menderita ditinggal Ayah ketika masih berusia
tujuh tahun. Ayah seorang lelaki jujur penuh tanggung jawab terhadap keluarga
kecil kami. Sebagai anak satu-satunya aku sangat dimanja olehnya. Tapi Ayah
dibunuh oleh Ayah Debur lantaran cemburu buta. Ayah tak bermaksud menggoda Ibu
Debur, Ayah hanya basa-basi padanya sebagai teman sekolah dulu. Saat Ayah
menyapanya di jalan, banyak saksi mata yang melihat.
Masih tergambar di benak ini, bagaimana Ibu menangis di
pembaringan Ayah yang bersimbah darah. Aku tak kuasa mengingat peristiwa dua
puluh satu tahun yang lalu itu. Ada dendam yang tak mungkin kujadikan tuntutan,
karena Allah Maha Adil. Biarlah semua berlalu seiring waktu. Aku tak mau
menoleh ke belakang lagi. Aku tak punya waktu untuk mengenang peristiwa
mengerikan itu.
Kini Debur jatuh cinta padaku. Aku tidak menolak cintanya,
tapi tidak menerimanya. Sungguh. Dendamku bukan untuk menyakitinya. Debur sekarang menjadi anak buahku, dan aku
menjadi pimpinan perusahaan. Aku tetap menganggap Debur sebagai sahabat, meski
dia anak dari orang yang menghabisi nyawa Ayah.
Pasongsongan, 27/2/2020
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.