Mertua Perempuan
Pentigraf: Yant Kaiy
Antara aku dengan mertua selalu silang pendapat. Menurutku
sudah benar, tapi baginya masih belum betul. Semua serba salah. Tak ada kamus
yang cocok baginya. Jadi kuputuskan
untuk puasa bicara sama dia. Toh, ia tetap tidak menghargai segala apa yang
kuperbuat. Lebih tragis lagi, tentang kebaikanku ia pelesetkan bahwa akulah
menantu paling tak tahu diri. Durhaka. Sikapku tetap diam karena tak mau
keretakan rumah tangga kami menjadi bahan tertawaan mereka.
Orang-orang yang masih ada ikatan darah jelas lebih percaya
mertua ketimbang aku, bahkan familiku mulai juga banyak terhasut. Ibarat
digigit nyamuk pasti gatal dan akan digaruk. Telingaku mulai gatal juga. Maka
aku katakan yang sebenarnya. Lantas mereka menganggap mertuaku sebagai orang
gila. Sinting.
Ternyata kebaikan tak selamanya indah pada awalnya, maka
akan terasa manis pada akhirnya. Nama mertua mulai asing di mata para
kerabatku. Juga kerabat dia berbalik
arah, simpati padaku. Nah…
Pasongsongan,
27/2/2020
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.