Rindu tersesat
Get Google |
Pentigraf: Akhmad
Jasimul Ahyak
Malam tergelisahkan sepucuk surat dari kekasih
si Berby, setipis kertas itu lalu ia baca. Seketika Berby kaget, bagai badai mengguyur
di tengah lautan karena sang kekasih telah pergi ke Jakarta dengan alasan
mencari sesuap nasi. Dia memutuskan untuk pergi, semua berubah menjadi gelap, saat
itu si Berby rasa hancur, ditinggalkan karena hanya sesuap nasi.
Hitam, resah kini si Berby hanya berteman maya
kembali pada tiada hanya dia bisa memandang ruang kosong bertemankan lampu remang-remang.
Jalanan gelap, purnama tersembunyi hening angin pun mendambakan hujan namun
betah kuyup menggantung pada lampu persimpangan si Berby pun menyusuri jalanan Ibu
Kota Jakarta mencari sang kekasihnya yang lagi bekerja. Hampir pukul dua siang
hari langit terasing dari kota, terik matahari mnyengat tubuhnya. Dia terasing
pada kejauhan, karena di Jakarta si Berby tidak punya saudara, tidak punya
teman jadi sulit untuk menemukan sang kekasihnya.
Jauh di langit, jauh rembulan, jauh peluk
kekasih untuk dituai kini tirai rindu si Berby tersesat di pengasingan. Dengan
kaki telanjangnya berlari di bawah hujan, aku butuh berteduh, katanya. Dia pun berteduh
di salah satu rumah memanjang. Ia tidak tahu, bahwa tempat itu rumah pelacuran.
Pada saat itu juga si Berby terjebak pada rindu yang tersesat.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.