Mendiagnosis AIDS


Artikel Kesehatan: Yant Kaiy

Penyakit AIDS (Acquired lmmuno Deficiency Syndrome) semakin menjadi topik pembicaraan hangat. Terlebih setelah di Indonesia - yang dulu dikatakan negeri bebas AIDS – ada indikasi kuat mulai dijamah AIDS. Sebagian besar masyarakat kian dibayangi ketakutan terhadap penyakit yang ‘mengerikan’ itu.

Bahkan WHO (Badan Kesehatan Dunia - PBB) sendiri semakin giat berkampanya anti-AIDS. Bukan saja di negara-negar maju, namun juga di kawasan negara berkembang. Kendati demikian, masyarakat masih terlalu awam dengan penyakit ganas yang masih belum ditemukan obatnya itu.

Penyakit ini sendiri ditemukan pertama kali di Amerika Serikat pada 1981 dan segera melanda bagian-bagian dunia yang lain. Di AS saja, telah ditemukan sekitar 2.750 pasien AIDS baru selama dua tahun terakhir ini. Padahal negeri itu pada tahun 1990 sudah terdapat 10.510 pengidap AIDS.

Di Afrika terdapat 11.372 orang penderita. Eropa (8.883), Oceania (1.789), dan Asia sekitar 200 orang terjangkit AIDS selama tahun 1990 per April. Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV. Konon, virus ini berasal dari kera hijau (vervet) di Afrika. Jadi, sebenamya penyakit ini merupakan penyakit hewan yang menyerang manusna (Zoonosis), seperti halnya beberapa virus Zoonosis yang lain, semisal virus demam berdarah jenis Marburg dan Ebola, yang juga dibawa kera hijau.

Yang terjadi pada penyakit AIDS, karena virus merusak sistem kekebalan tubuh yang dimasukinya, sehingga tubuh penderita dalam keadaan kritis dan tidak memiliki ketahanan yang cukup. Akibatnya, kuman atau parasit yang paling sepele pun, yang biasanya tldak menimbulkan penyakit apa-apa, pada penderita AIDS justru menimbulkan penyakit yang amat serius. lni yang mengerikan.

Salah satu parasit yang sering muncul pada penderita AIDS adalah pneumocystic carinii. Parasit ini masih kabur, termasuk golongan yang mana, tidak jelas. Namun para ahli kesehatan menyebutnya sebagai protozoa. Karena parasit ini bersel 1. la mempunyai sifat oportunistik, yaitu suka membentuk kista dengan inti delapan.

Pada orang normal, kehadiran parasit ini tidak menimbulkan suatu gangguan atau penyakit apa pun. Tetapi parasit itu dapat menyerang orang-orang yang dalam tubuhnya bervirus HIV atau AIDS. Umumnya pneumocystic carinii menyerang paru, disebabkan parasitnya bersarang di dalam cairan nanah yang diproduksi akibat adanya protozoa tersebut.

Parasit ini kebanyakan menyerang pada anak-anak yang sistem kekebalan tubunya sangat buruk. Dan bisa juga pada orang-orang yang sedang mendapatkan pengobatan imunosupresif yaitu obat-obat yang dipakai untuk menekan timbulnya reaksi kekebalan, pada transplantasi atau adanya penyakit autoimun.

Para ahli kesehatan di Eropa mengadakan penelitian yang mengatakan bahwa AIDS mempunyai ciri-ciri khas sebagai sel yang sangat kekurangan imunitas yang menyebabkan tubuh tidak berdaya menghadapi infeksi yang tidak biasa. Seperti pneumocystic, pneumonia, dan sercona kaposi. Dan menurutnya yang memadi epidemi tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh suatu virus yang tumbuh melalui darah dan cairan tubuh lainnya.

Penularan penyakit ini umumnya melalui hubungan kelamin (seksual), terutama di kalangan pri homoseks. Namun ada juga penelitian yang melapokan bahwa penularan juga bisa melalui faktor pembekuan darah dan penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi penyalahgunaan obat-obatan.

Dari pola-pola penularan penyakit AIDS, para ahli kesehatan sepakat bahwa risiko tertinggi terdapat pada kalangan pria homoseks dan para pelayahgunaan obat intravena. Namun kasus di Karibia dan daerah khatulistiwa Afrika, menunjukkan bahwa jumlah pasien wanita lebih tinggi dari pada yang ditemukan di Amerika dengan pola penyebaran yang berbeda.

Dulu dianggap bahwa zat anti yang timbul setelah terinfeksi virus AIDS.. baru terbentuk beberapa minggu setelah virus masuk tubuh.

Sekolah Kedokteran di Chicago mengungkapkan bahwa virus AIDS atau HIV sudah ada dalam tubuh beberapa bulan, bahkan beberapa tahun sebelum zat anti terbentuk dan terdeteksi.

Cara pemeriksaan baru yang peka adalah dengan PCR (Polymerase Chain Reaktion). Kalau kita bandingkan dengan cara pemeriksaan standar virus AIDS yang selama ini masih dikerjakan, cukup jauh berbeda. Cara PCB mompunyai kelebihan dibandingkan dengan cara standar yaitu dalam menenentukan, apakah zat anti-AIDS pada bayi yang baru lahir itu diwarisi dari ibunya atau miliknya sendiri.

Teknik pemeriksaan PCR mampu mendeteksi adanya virus AIDS yang sudah menghuni sel tubuh, wulaupun jumlahnya hanya 6 molekul DNA (zat bakal sel) yang dihuninya dari 1500 sel.[]


Publish: Koran Jaya Karta (28/7/1991)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

Sosialisasi Persiapan Seleksi Kompetensi CPPPK 2024 Tahap II di SDN Pasongsongan 1 Sumenep

Imanur Maulid Efendi dan Ahmad Buhari: Pendamping Setia Guru Honorer Kecamatan Pasongsongan dalam Rekrutmen PPPK 2024

Kepala SDN Panaongan 3 Sumenep, Sibuk di Masa Libur Sekolah 2024

Apresiasi Tim Penilai Kinerja terhadap Kepala SDN Panaongan 3 dalam Program Literasi dan Numerasi

Dahsyat, Ramuan Banyu Urip Sembuhkan Segala Penyakit

Kepedulian Agus Sugianto dalam Membantu Guru Honorer pada Seleksi PPPK Tahap 2

Rapat KKKS Kecamatan Pasongsongan di SDN Panaongan 3: Apresiasi Prestasi Peserta Didik