Salah Satu Penyebab Anak Mogok Sekolah

 

Murid-murid SDN Padangdangan II Kecamatan
Pasongsongan-Sumenep (Foto: Yant Kaiy)

Artikel Keluarga: Yant Kaiy

Seringkali seorang anak tiba-tiba mogok sekolah, atau tak punya gairah pergi ke sekolah. Kadang kita sebagai orang tua langsung memvonis sebagai pemalas. Sebenarnya penyebab anak mogok sekolah sangat banyak, untuk itulah secepatnya Anda mengetahui urgensi penyebabnya.

Bagi anak, sekolah merupakan tempat di mana anak dituntut untuk menyerap ilmu, melatih keterampilan sosial melalui disiplin serta tanggung jawab. Anak harus belajar memahami apa artinya sekolah. Dia dituntut juga untuk lebih tahu tentang gunanya belajar.

Lalu kalau tiba-tiba anak mulai malas untuk ke sekolah, maka ajaklah anak untuk mencari jalan keluarnya, bagaimana ia harus jujur terhadap Anda tentang yang dialaminya selama di sekolah.  Nah, jika terjadi suatu gangguan apa saja yang menyebabkan anak enggan ke sekolah, maka pertama-tama anak diajak untuk menghindari gangguan itu.

Tak ada salahnya apabila Anda mengantar dan menemani anak ke sekolah sampai ia benar-benar merasa berani untuk berangkat ke sekolah sendiri.

Gejala malas sekolah pada dasarnya karena bermacam-macam faktor. Berikut akan diberikan beberapa petunjuk yang dapat dijadikan patokan untuk mengetahui lebih jauh, mengapa anak Anda mogok sekolah:

1. Ketidak mampuan anak dalam menyerap materi pelajaran akan menyebabkan frustrasi pada anak. Jikalau hal ini 'terlantar' hingga berlarut-larut, kemungkinan besar anak tersebut akan kehilangan rasa  percayaan diri. Jika Anda yakin kalau anak diakibatkanpermasalahan ini, maka segeralah menghubungi gurunya di sekolah. Dengan berbagai cara yang diberikan oleh guru kemungkinan dapat membantu anak mengatasi problema sukar belajar.

2. Perasaan takut dan tidak aman bagi seorang anak seringkali disebabkan oleh trauma-trauma yang menimpa di rumah. Kadang seorang ibu atau orang dewasa lainnya tidak ada di rumah ketika si anak pulang dari sekolah, sehingga anak enggan untuk ke sekolah lagi. Sebagai orang tua janganlah selalu membohongi anak, karena hal itu apabila kita berjanji hendak akan menjemputnya, tepatilah janji tersebut.

3. Sebab lainnya yang juga sering terjadi, yaitu cara mengajar seorang guru yang tidak sesuai dengan keinginan masing-masing anak. Ada juga anak yang mogok karena gurunya terlalu keras (disiplin) dalam mendidik serta membimbing anak. Tentu saja setelah sampai di rumah si anak akan mengadukan hal ini yaitu selalu dibentak-bentak dan sering juga dijewer. Sedang anak yang lainnya merasa tidak diperhatikan hanya karena gurunya lebih condong memperhatikan anak yang kebetulan lamban dan gagu. Untuk itulah, apabila anak Anda mengadukan hal itu, tanggapilah dengan sikap yang bijak. Jangan justru mengomporinya dengan hal-hal yang tidak mendidik dan mengayomi.

4. Di sekolah anak juga dituntut harus belajar bersosialisasi. Ia harus belajar mendengarkan orang lain, bermain dengan kawan-kawannya yang tidak bertetangga dengan dirinya. Tapi apabila si anak di rumah terbiasa menang sendiri, maka jika di sekolah anak akan sukar sekali untuk bergaul bersama teman-teman lainnya. Sebagai jalan keluar yaitu dengan mengajari anak dan mengarahkan bagaimana seharusnya berbagi rasa dengan anak lain di sekolahnya.

5. Dalam mengartikan sekolah bagi masing-masing anak berbeda-beda. Anak yang satu mungkin menyambutnya dengan perasaan suka cita, sedangkan yang lain merasa takut karena dirinya merasa terkekang. Kendati ada pula anak perasaan cemas dan rendah diri telah menyelimutinya, akan tetapi sebagian besar anak akan menyambut masa sekolah dengan penuh luapan kegembiraan.

Umumnya anak akan segera menjadi bosan dan jenuh kalau dengan cepat menyadari akan keharusan pergi ke sekolah setiap hari dengan penuh keceriaan. Anak yang di rumahnya terbiasa manja maka akan sukar sekali untuk mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah itu. Apabila anak enggan pergi ke sekolah hanya karena merasa jenuh dan bosan, sekali-kali Anda dapat memberikan kesempatan untuk dapat meluluskan permintaannya tinggal di rumah.[]

 

Diolah dari berbagai sumber

Publish: Koran Berita Yudha (26/1/1992)