Tembang Santet (Bagian III)
Cerpen: Yant Kaiy
Paksaan demi paksaan,
mau tak mau akhirnya saya terima keputusan Kiai Haji Umar itu walau dengan
berat hati. Perasaan tidak nyaman terus bergelayut di pikiran saya, membuncah
tanpa ampun.
Akhirnya, penyakit yang
diderita anak Kiai Haji Umar kian hari kian memburuk saja. Saya tak dapat
berbuat apa-apa lagi selain terus memohon kepada Tuhan agar penyakit anak tokoh
ternama itu diangkat dari raganya. Selain itu saya terus tak lupa menyarankan
agar anaknya tersebut cepat-cepat dibawa ke Puskesmas atau ke dokter.Tetapi
Kiai Haji Umar tak mengindahkan saran saya.
Berhari-hari
penderitaan itu menimpa anak Kiai Haji Umar, saya sangat kasihan apabila
mendengar tangisannya yang memilukan. Tangis menahan sakit. Ramuan tradisional
dari yang saya berikan juga tak bisa mengubah kondisinya menjadi lebih baik.
Namun mengapa ia tetap mempercayai saya?
Tanpa disangka dan
dinyana akhirnya kematian itu menjemputnya. Memang manusia selalu berencana,
namun Tuhanlah yang menentukan semuanya.
Atas dasar kematian
anak Kia Haji Umar, saya dituduh sebagai dalang kematian itu. Tak dapat
dipungkiri sebelumnya warga terus bertubi-tubi meneror saya dengan berbagai
hinaan, celaan, cemooh yang merendahkan martabat keluarga kami yang selama berpuluh
tahun saya menyiram dan memupuknya. Kami ibarat kembang yang tumbuh di tanah
tandus. (Bersambung)
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.