Catatan: Yant Kaiy
Cita-cita mulia dari
para tokoh penting di Madura yang terus berjuang supaya Pulau Garam menjadi
provinsi, sejatinya mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak. Menjadi aneh ketika ada orang berdarah Madura
yang nota bene lahir, besar, makan, minum, dan buang air besar di bumi Madura
skeptis jika “cerai” dengan Pulau Jawa. Mereka bilang kalau SDM-nya masih belum
siap, SDA tidak memenuhi kuota, dan seabrek counter opini lainnya.
Kalau ada publik figur
beretnis Madura lantang menentang perjuangan para tokoh umat agar Pulau Garam jadi provinsi, tentu sikapnya
patut dipertanyakan. Jangan-jangan ia telah terkontaminasi kepentingan-kepentingan
lain selain unsur hajat terhormat banyak warga setempat. Stop argumen
pesimistis; jika Madura menjadi provinsi maka penduduknya berada di level
terbelakang, akan ternatal pelangi kesengsaraan di segala aspek kehidupan para
penghuninya, dan lain sebagainya.
Kalimat gombal itu tidak
lagi menjadi pesona bagi seseorang yang pura-pura peduli terhadap Pulau Garam,
namun tersirat hasrat jikalau Madura lebih pantas berada dalam genggaman
provinsi Jawa Timur. Ada tendensi kalau tujuan tersebut supaya fokus perjuangan
tokoh masyarakat Madura terpecah-belah. Apabila tidak ada upaya proteksi dari
semua pemangku kebijakan setempat, tidak menutup kemungkinan ‘virus’ itu terus
menyebar liar ke semua sendi kehidupan masyarakat. Endingnya, cita-cita mulia
menjadi provinsi pasti menguap ditelan halimun.
Menggiring atensi pada
isu lain merupakan jurus golongan kontra provinsi Madura. Dan ini adalah lagu
lama. Mereka tidak ikhlas kalau Madura menjatuhkan talak pada Jawa Timur.[]
Yant Kaiy, penjaga gawang
apoymadura.com