Siasat Penguasa Dibalik Prokes



Catatan: Yant Kaiy

Prokes (Protokol Kesehatan) menjadi neo-senjata halus pemerintah mencapai target yang dikehendaki. Prokes adalah sebuah produk aturan penguasa. Dinilai banyak pihak, Prokes menjadi batu sandungan bagi rakyat untuk mengadakan acara kumpul-kumpul. Prokes merupakan alat pengurai kerumunan massa paling ampuh.

Bisa pula Prokes jadi sistem politik penguasa untuk melegalkan tindakan berbau kepentingan berpihak pada kelompoknya. Kepentingan yang berpihak pada dirinya. Wajar kalau akhirnya penguasa mengulur waktu supaya pandemi Covid-19 sampai batas kondusif kekuasaan yang diinginkan.

Menurut kaidah politik, apabila kegiatan berserikat terus digelar biasanya akan menjadi sebuah kekuatan. Wawasan pemikiran benar dan salah dalam satu kelompok massa tersebut menjadi acuan melakukan aksi nyata. Solusinya, pemerintah menjalankan Prokes agar kekuasaannya langgeng. Tidak terganggu oleh mereka yang berserikat. Sehingga tak ada lagi kontrol terhadap kebijakan “berdosa” yang diterapkannya.

Apabila ada gejolak mengancam integritasnya, masyarakat akan “didor” dengan aturan Prokes. Walau tidak masuk akal. Siapa melanggar, sanksi hukum menghadang. Ini sungguh luar biasa. Tidak ada seorang pun protes. Kalaupun ada, barangkali jadi incaran aparatur penguasa.

Kekuatan politik dan agama yang berseberangan haluan dengan penguasa akan terus dipantau oleh aparatur negara. Tanpa terkecuali. Bila ditemukan satu poin pelanggaran Prokes saja di pelosok bumi nusantara ini, proses tindakan hukum pasti tercipta.

Pemberlakuan Prokes ini terkuak belangnya, ketika aksi tebang pilih terjadi pada pesta pernikahan putra Said Abdullah di Sumenep Madura. Ahad (14/3/2021). Pesta perkawinan anak Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR-RI ini dikabarkan menelan biaya Rp 20 milyar. Undangan yang disebar sebanyak 20.000. Ini nyata terjadi. Dan terbukti, bahwa mereka yang masuk dalam golongan penguasa bebas dari Prokes.

Sebaliknya, mereka non kelompok penguasa kalau memaksa akan terjerat hukum Prokes. Apalagi kalau mereka memiliki elemen power pengerah massa. Mereka akan jadi sasaran empuk aparatur negara. Seperti yang terjadi pada Habib Rizieq Shihab.

Rakyat kecil kini bertanya pada rumput yang bergoyang, benarkah Prokes adalah siasat penguasa belaka? Sebagai senjata menutupi kebobrokan sistem pemerintahan yang tak berpihak kepada rakyat?

Supaya politik membodohi otak rakyat tidak kentara, penguasa mencari akar penguat tambahan, yakni vaksin Covid-19.

Bagi rakyat, kebijakan penguasa saat ini dinilai terlalu menyakitkan. Yang dapat dilakukan rakyat kecil hanya bisa mengelus dada. Mereka tetap sabar menanti janji Allah SWT, bahwa perbuatan dosa sekecil apa pun akan terbongkar. Sejarah akan mencatatnya.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Pengobatan Guasha dan Barqun di Griya Sehat Alami Holistik (GSAH) Yogyakarta

BPRS Bhakti Sumekar Pasongsongan Salurkan Sedekah di SDN Panaongan 3

Abu Supyan: Kepala SD yang Memiliki TK Satu Atap Diminta Segera Urus Izin Operasional

Ramuan Banyu Urip Bawa Serda Arifin Go International

MS Arifin Menerima Kunjungan Ahli Pengobatan Alternatif di Yogyakarta

Sutiksan Terpilih sebagai Ketua KPRI 'Karya Baru' Kecamatan Pasongsongan

Anak Yatim di SDN Panaongan 3 Terima Santunan dari BPRS Bhakti Sumekar Pasongsongan Kabupaten Sumenep

Rapat Anggota Tahunan (RAT) KPRI "Karya Baru" Kecamatan Pasongsongan Digelar Paling Awal

Saran Agus Sugianto dalam Rapat KKG SD Gugus 02 Pasongsongan

Agus Sugianto Sependapat dengan Pengawas Bina SD, Dorong Pengurusan Izin Operasional TK Satu Atap