Antologi Puisi “Lazuardi Asa” (13)
Puisi Karya Yant Kaiy
Bangun dari Lamunan
terlantun seiring galau tak
menentu
mega-mega pun berarak ke barat
membara lamunan
dalam dekapan
terpatri petir
menampar segala nafsu
kukerahkan semua
penyesalan
membangun puing -
puing potret diri
berserakan diterjang
gempa semalaman
luluh-lantak kebulatan tekad kami
merenda kita berceceran di jalan hati kecilku
kemudian tak
percaya atas lamunan berlebihan
terkurung dalam
sangkar, menyendiri
berdiri dan duduk
menghitung detik hari
barangkali terhapus
noda menikam
hingga kutak dapat
mengingat apa - apa lagi
kecuali kekecewaan
yang tiada ujung
menetaskan
halusinasi seorang diri
biarlah sahabat
tetap berlalu
tak menghiraukan
topan pencabut nyawa
ya, sebagian dari
siksa kita kita.
Sumenep, 27/02/90
Puisiku
aetiap malam datang
menjelma di haribannku
di aitu kesepian
membakar gejolak
bergegaalah biar
tak lenyap disapu halimun
sementara angin
mengusik
membiarkan
kekecewaan terombang ambing asa
berteriak tapi tak
bersuara nuraniku
keadilan pun tak
jua nampak
apakah ini suatu
isyarat bahaya?
aku tak habis
mengerti
aku bukanlah
seonggok batu kapur
yang runtuh terbaka
fitnah
bagiku puisi tetap
sebuah nyawa
mengalir dari
bebukitan tak kenal lelah.
Sumenep, 27/02/90
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.