Madura Buta Warna: Hijau dan Biru



Catatan: Yant Kaiy

 

Ada pengalaman lucu yang sulit dilupakan. Saya sering tersenyum sendiri kalau mengingatnya. Peristiwa tersebut terjadi pada 1998. Saya bersama empat musisi dan dua biduanita satu mobil, pulang dari studio rekaman di Jakarta Pusat. Sampai di simpang empat, kendaraan kami berhenti karena lampu merah menyala. Biasanya lampu merah menyala lebih lama.

 

Tatkala lampu hijau tiba-tiba menyala, teman saya berasal dari Bangkalan bilang spontanitas: “Sudah biru lampunya. Ayo jalan!”

 

Si sopir berasal dari Batak langsung menginjak pedal gas. Kendaraan pun melaju, menembus padatnya arus lalu lintas Kota Jakarta. Sepanjang perjalanan kami semua tertawa. Orang Madura buta warna, kata mereka serempak

 

Ada juga pengalaman sama terjadi terhadap saya sendiri. Pada 1994, ketika saya berada di salah satu ruang redaksi penerbit buku di Surabaya. Saya ditantang untuk membedakan warna hijau dan biru oleh mereka. Salah satu dari teman redaktur mengambil beberapa barang dari plastik berwarna-warni.

 

Perlu diketahui, jikalau aku dan mereka telah lama saling kenal. Kami sering bercanda. Keakraban itu karena ada salah satu buku saya diterbitkan di kantor itu.

 

Kemudian mereka menyodorkan satu demi satu benda warna-warni. Mereka bingung sebab saya mampu menyebutkan mana warna hijau dan mana warna biru secara berulang-ulang.

 

“Kok, kamu tidak buta warna? Padahal orang Madura kebanyakan tidak bisa membedakan hijau dan biru,” ujar mereka hampir bersamaan.

 

Saya bilang sambil tersenyum kepada mereka semua. Bahwa kata ‘hijau’ di Madura sesungguhnya ada, yakni ‘ejuh’. Semua tidak percaya. Tapi yang pasti, saya tidak bisa dipermalukan oleh mereka.[]

 

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com