Antologi Puisi “Bunga-bunga Kepedihan” (17)
Karya: Yant Kaiy
Aku Bersama Angin Malam
kepada ayah
liku hidup yang tak
ramah
senantiasa mencambuk
luka
kau selimuti aku
dengan kasih sayangmu
disaat angin malam
menjadi sahabat kita
tiada sama sekali
yang terlupa
walau kini kau dihina habis mereka
tersingkirkan dari pergaulanmu
sehingga nama baikmu tercemar
hingga
titik paling nista
bersama kita membangun
kembali
dari
serpihan harapan hidup
kita
pungut bersama cucuran air mata
yang jelas
tusukan mereka tetap
membekas
di sanubari paling suciku
sampai ajal menjelang
hingga mati pun pasti
kubawa
kebusukan dan kekejian mereka
bahkan, akan kuwasiatkan pada anakku
nanti
bahwa dendam baik
masih harus diteruskan
sehingga mereka
sadar dari mimpinya
supaya tidak
seenak mulutnya
membuat garis
fitnah
demi namamu, ayah tercinta
akan kuobati segala pedihmu
sepertimu yang
pernah mengobatiku.
Pasongsongan, 29/08/91
Cintaku Semerah Darah
siapa bilang aku
tak mencintaimu
siapa bilang sayangku tak
utuh lagi
engkaukah yang mengatakan itu?
jangan mudah terbawa arus, kekasih!
bulatkan kasmaranku ini
biar rindu tak jadi salju
biar
setiaku tidak luluh-lantak
bertahanlah kau dari desas-desus
miliki satu kepastian hanya dariku
semua bentuk pengorbananmu
akan senantiasa
kuhornati
setinggi langit
percayalah, engkaulah
yang terbaik bagiku
mari kekasih mendekatlah
jangan ciptakan jarak
biar rindu tidak jatuh layu
biar semuanya menjadi bunga rindu
sebab bukan kehampaan kupersembahkan
melainkan ketulusan tak terhingga
masih belum
percayakah engkau terhadapku?
aku pun tak memaksamu agar percaya
bicaralah kekasih...
tak usah selalu
membisu!
Pasongsongan, 30/08/91
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.