Antologi Puisi “Suram Bertirai Gelap” (12)
Karya: Yant Kaiy
jarum-jarum duka
seolah terlepas
seiring nyanyian
terlantun
keceriaan mulai membekas
tiada beban problema menghimpit
seakan mengelupas di sekujur jiwa ini
sengaja ingin kubakar habis
biar kegagalan demi
kegagalan
tidak menghantui langkah-langkah selanjutnya
meniti beragam coba yang
masih belum usai
keyakinan
kompas terakhir langkah hati
selebihnya laut asa
mulai ternatal
dal am kebersemaan nyanyian malamku.
Pasongsongan, 30/01/96
Peristiwa Besar Mengguncang Rumah Tanggaku
kepada kaum munafik yang bermukim di dekat
rumah reotku den sekitar kampung tempat dimana aku dilahirkan dan dibesarkan,
special
bagi mereka yang terlibat rasa takut akan bentuk kematian
lewat sihir nan kejam,
bengis, galak
dan garang terhadap makhluk tak berdosa. kalian semua telah menyebarluaskan pertentangan sekaligus permusuhan
sebagai unsur kurang
percaya akan hal kebenaran yang datangnya dari Allah, menggantungkan ajal di tangan para peramal dan pesulap tanpa ada nilai tawar-menawar lagi. aku bersama keluarga yang tersudut pada tuduhan
sebelah pihak dan sengat tidak beralasan lalu kalian menjebloskannya pada dunia hitam mengerikan
sehingga semua orang merasa takut dan terancam
jiwanya. kalian tak ubahnya binatang buas dengan menperagakan taring-taringmu di depan
keluargaku.
kau kira kami ini
apa sehinga dengan begitu mudahnya kalian meletakkan kami di
jurang-jurang kehinaan
tiada bertepi lagi.
yang jelas kami takkan membalas segala wujud
kebusukan-kebusukan
yang kau hidangkan kepada mereka yang percaya bahwa
ajal tidak lagi di tangan Allah,
tapi kami akan
menyerahkan semua itu
kepada-Nya di akhirat kelak setelah nyawa kembali ke tempat
abadi berisi keadilan. sebab
bagi kami seolah tiada manusia sebatang
pun yang
mempercayai perkataan yang terlontar dari nurani yang
bersih penuh
keimanan terpatri selamanya. kalian
senantiasa mengandalkan harta dan kemewahan
yang mampu
menumbangkan pohon-pohon
besar tak bersalah,
justru memberikan keteduhan tanpa pamrih. kenyerian di hati ini senantiasa
berkobar entah sampai kapan dapat terpadamkan. justru
diriku semakin sulit untuk melenyapkan semua
peristiwa besar serentang hidup kami, bahkan tak jarang memberontak keseluruhan
hasrat, dan kami berusaha untuk
berbuat yang terbaik bagi mereke, karena kami tidak nengharapkan balasan terhadap perilaku baik kami tersebut.
senantiasa kami tunggu semua badai cemooh, pasir fitnah-fiitnah, bom hinaan kalian. kami katakan
jujur akan hal ini bukan
berarti ingin menantang kalian, sebab hal itu menyangkut masalah ketakwaan kita sesungguhnya dalam menganut kepercayaan
bernama agama.
kendati
aku tak berharap banyak pada belas kasih mereka atau sekadar mendapat
perlindungan dari orang-orang hebat. bahkan tak ada kidung pelipur lara dari
sahabat setia datang menghampiri luka atau sekadar membasuh wajahku dari
kotoran hewan menempel pada sisi nama baik. menjauh semuanya terbawa hembusan
angin kemarau menerbangkan debu-debu asa berserakan tidak lagi sebagai penyesak
dada dan pemerih mata insan di semesta fana.
Pasongsongan,
06/02/96
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.