Antologi Puisi “Suram Bertirai Gelap” (2)
Karya: Yant Kaiy
Nasib tak Bisa Ditebak
suara gitarmu
memelas
teriring lagu duka
menyayat
mulai mengalun
merdeka
menyeruak ke
dinding kamar
tanpa beban menghimpit kita
setelah seharian mengembara
mohon belas kasihan
mereka
seteguk kopi pahit
sebatang rokok
adalah sahabat
kesepian
sebab nasib tak
pernah ramah
tak pernah
mempedulikan kita
walau perjalanan
berdarah telah kita arungi
tak satu pun kita temukan pantai bahagia
tempat dimana kita menyandarkan luka
sekali lagi kita
kidungkan lara
sebelum rindu menjemputku
kita pun lalu berjauhan
dalam jarak teramat
dekat.
Pasongsongan, 08/01/96
Rumput Madura Menyebar Dimana-mana
kerja keras tak
kenal lelah
pantang menyerah walau kalah
sifat pengembaraanmu
sesungguhnya
terpatri jelas pada
gerakanmu
padahal kau tak ubahnya rumput
yang bisa tumbuh dimana kau suka
kini aku menemukanmu
di teminal
dalam bahasa khas
namun masih
dibatasi kesopanan
kelembutan yang tiada tandingnya
kau telah membangkitkan jiwa
pengembaraanku
mengarungi samudera kemunafikan penuh cemooh
seolah aku
menenukan diriku seutuhnya
kita pun harus rela
nenjadi rumput
sebelum mereke
mendahuluinya
karena disinilah
kesempatan mengimla
musim
kita takkan mungkin tumbuh dan berkembang
di tanah tandus dan
berbatu kapur
lebih baik menyebar mengadu peruntungan
kendati harus di
termiral menggali
nasib
kita pun tak mengenal ruang dan waktu
semua itu menjadi kebiasaan abadi
yang teramat sulit
ditandingi.
Pasongsongan, 09/01/96
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.