Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (7)
Karya: Yant Kaiy
Selamat Malam, Mimi!
disaat kau mengkhianati ketulusanku
kutersiksa seorang diri di kamar
bayang-bayang
kebusukanmu
tak dapat kuusir dari sisi hati
pedih, perih mengiris jiwa
aku kecewa
memilihmu
betapa tipis kesetiaanmu
yang
kau sandiwarakan
di depan bola mataku
ya, betapa dangkal pedulimu
kureguk bersama
kemunafikan
dan kecongkakanmu tanpa batas
menancap luas ke sekujur asa
hitam…
gelap kurasakan
ketika wajahku kau ludahi
kejem, kejam,
kejam...
kau kira apa aku, ha?
biarlah daku pergi
jangan kau siksa aku lagi!
Pasongsongan,
20/12/95
Gelitik Sebatas Iri
memang hanya
sebatas iri
ternyata membikin laut resahku
meluas
ke segenap kiblat musim
tak
sanggup lagi membumihanguskannya
senantiasa menegang, meradang…
jika jiwa tanpa nakhoda
terkadang sesal menyusul benci
setan manakah telah
mengelupas kesadaranku
sementara iri masih mengikatku erat
lalu kapan lagi sajadah
kubasahi air mata
duh, Gusti... tolonglah hamba-Mu
dari kejaran
durhaka tiap detak jantung
deri kejaran iri
yang tak Kau sukai
dari kejaran-kejaran menyesatkan
pembuat garis dosa.
Pasongsongan, 21/12/95
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.