Antologi Puisi Fragmen Nasib (10)



Karya: Yant Kaiy

Noktah Kebusukan

ada bait kegamangan mengapuri jiwa

seakan sandiwara tercipta begitu saja

lelah kuberdiri, jantungku berdetak seketika

menelusuri musim, meneguk beragam kebusukan

terlontar dari getah bebatuan

mengalir deras tak berdaya pikiranku

 

kebencian bukanlah maksud hati, termiliki...

aku semakin beringas melumat segala kebencian itu

berkali pula kuterlempar, segelintir nista mengalah

aib berkepanjangan mengukir, menoreh debu sepanjang jalan

menggambari mobil-mobilan jungkir-balik

seolah mengabadikan kegigihanku tersiksa dalam kegamangan

terbakar asaku, berkobar pantang menyerah dari rimbun kebusukan,

terlintas kesombongan menyulut amarah di hati membeku

 

sungguh, kutak mampu membedah kesesatan mengambang

sesekali angan mengutuk setiap kidung terdengar

ada keganjilan di balik senyum mempesona

sebuah misteri tak bakal mampu menyanderaku

biar angin kencang menyapu harapanku,

kutetap berpegang teguh pada janji setia mengarungi debur ombak

mencoba kuberdiri lagi menantang topan menampar

tak mampu lagi diri memikul beban hidup tak berkesudahan

gumamku dalam keterasingan lamunan

 

bahteraku berkali oleng dipermainkan ombak

lalu tenggelam menyeruak ke penjuru bumi

kudekatkan telinga menangkap suara-suara berair,

sesosok kebencian tiada hentinya merayu hati

yang terpotong-potong, melapuk dalam kemubaziran

 

noktah itu kian terang di pengembaraanku

tersentak raga kala diri terasing

menyadari setiap langkah tak pasti

dunia gulita raga tetaplah mengembara

meratap pada kesedihan terangkum

resah membasahi permukaan nasib diri

berkeping-keping kemelaratan hidup.

        Sumenep, 01/08/1988