Antologi Puisi Fragmen Nasib (5)
Karya: Yant Kaiy
Ladang
menghampar tandus bumiku tertiup angin
lenyap kefrustasian
diri, seru memburu asa
bergoyang segala
yang ada kusaksikan nyata,
air mengalir sisa hujan semalam ke pori bumi gersangku
membasahi segalanya, rambut jagung berzikir
sesekali membuai
naluri pada kesenduan
kutidurkan
kekecewaan di sepanjang jalan takdir
tereguk benak riang, legalah
kerongkonganku
panas udara menyelinap suasana ruang belajarku
menganugerahi beragam
perjuangan, terpendam duka
acapkali
runtuh kegersangan berganti kidung desa
ler... sa'aler…
ler... sa'aler… aler-aler kong…
tumbuhlah tongkat
tertancap
disela bebatuan
bersemilah dedaunan, lenyaplah
derita
kegamangan punah diterkam embun pagi
sketsa musim di
dada tak gentar melawan
siksa
kambing mengunyah
rerumputan
anaknya tertidur
pulas di
sampingnya
seperti halnya
diriku mengembara
merdeka
senantiasa
lenyapkan keraguan
namun ladangku takkan
pernah lagi
hangus terbakar
terik mentari
sampai kapan pun deras mengalir
ya, sampai kapan pun, benakku bergumam
tertegun jiwa di lingkup keterasingan
kusandarkan tubuh sekenanya.
Sumenep, 25/07/1988
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.