Bedebah
Pentigraf: Yant Kaiy
Kutengadahkan
wajah ini ketika ia berbicara penuh kebencian. Kuikuti saja gerak matanya.
Tetap saja ia tak peduli akan perubahan sikapku. Seolah tidak ada apa-apa.
Sekian
lama aku terus mencoba memahaminya. Sampai juga benak pada titik pengertian
sangat mengecewakan. Pengorbanan ikhlasku seakan angin lalu. Ini jelas tidak
adil. Kewajiban dan hak tidak seiring-sejalan. Bagai raja zalim yang menuntut
rakyatnya untuk terus memahami nafsu keliru miliknya.
Aku
tak mau berhubungan apa pun lagi dengannya sebagai bentuk protes. Terkuras
sudah sungai cintaku. Walau raga tetap miliknya, tetapi hati tidak.[]
Pasongsongan, 25/7/2021
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.