Sebutir Dendam
Pentigraf: Yant Kaiy
Dulu
dedam di hatiku tumbuh liar. Sungguh, aku tak mampu mengendalikannya. Meski
banyak masukan, saran dari orang-orang tercinta. Tapi mereka tidak merasakan.
Betapa ancaman jiwa itu nyata adanya, terang-terangan, bahkan secara terbuka.
Pada akhirnya kami terusir dari tanah kelahiran. Tanah tempat aku, adikku dan
kedua orang tuaku menjalani hidup di kampung berpenganut agama kuat.
Kini
kami memiliki harta berlimpah, jabatan publik, perusahaan berkaryawan ribuan.
Orang yang dulu menghinaku banyak berbalik arah. Bermanis-manis muka di hadapan
kami. Kami penuhi keinginan mereka. Kulampiaskan dendam di hati. Kalau aku jadi
mereka, tak sudi hati mengemis seperti itu.
Ketika
mereka yang menyebabkan kami terbuang dari kampung halaman berjumpa dan
menyapa, kutebarkan senyum. Kendati di hati butir dendam itu tetap bersemayam.
Biarlah semua abadi dalam kenangan.[]
Pasongsongan, 12/9/2021
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.