Teraniaya
Pentigraf: Yant Kaiy
Sungguh,
aku tak ingin lagi bicara padamu. Kebencian itu menyeruak di dada. Meski
acapkali aku membuangnya di tong sampah. Bayang wajahmu, suara bernada tinggimu
membekas kuat di benak rapuh ini. Aku terkapar di lingkaran siksa. Muak
ternatal spontan diantara dendam.
Hijrah
jalan terbaik yang wajib kutempuh. Walau aku di posisi tak bersalah. Orang
bijak berkata; mengalah bukan berarti kalah. Kenapa aku harus memusuhimu.
Sejatinya, aku bisa mengendalikan diri. Tidak menantangmu. Dunia tidak selebar
daun kelor.
Kesadaran
itu memantapkan langkah diri. Menyusuri atmosfer lain. Orang-orang baru di kota
berbeda. Selamat tinggal kenangan silam. Mungkin aku bisa menguburnya sementara
waktu.[]
Pasongsongan, 14/10/2021
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.