Akankah Budaya Mocopat Harus Hilang Karena Perubahan Zaman?
Indonesia adalah negara yang pluralisme, di dalamnya sarat dengan keanekaragaman, baik agama, suku, Bahasa, tidak terkecuali dengan budaya (lokal, regional, maupun nasional).
Di antara sekian banyak budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia adalah seni mocopat, dimana seni mocopat ini pada zaman dahulu digemari oleh banyak orang, khususnya di daerah Jawa–Madura.
Bahkan, di Madura pada zaman dahulu, menjadi sebuah istilah jika anak gadisnya dipinang oleh seseorang yang “MAJINANGKA” artinya anak lelaki yang pandai mengaji dan mamaca (mocopat) akan cepat diterima pinangannya tersebut.
Mengapa? Karena Mocopat itu sendiri penciptanya ternyata sebagian besar dari para waliyullah. Seperti Sunan Kalijaga menciptakan Tembang Artate, Sunan Giri menciptakan Tembang Kasmaran dan Pucung, Sunan Kudus menciptakan Tembang Maskumambang dan Mijil, Sunan Muria menciptakan Tembang Slangit, Senom dan Pangkor. Sedangkan Sunan Bonang menciptakan Tembang Durmah.
Seiring berjalannya waktu, generasi millennial tidak ada ketertarikan untuk mempelajari tembang-tembang tersebut. Saya sebagai penulis opini ini, khawatir lima sampai sepuluh tahun mendatang akan hilang dengan sendirinya.
Lantas solusi apa yang terlintas di benak penulis? Memperbanyak forum-forum untuk melestarikan budaya mocopat ini, seperti di daerah penulis, Pasongsongan-Sumenep ada forum mocopat yang dimotori oleh LESBUMI-MWC NU Pasongsongan.
Selain itu, harapan penulis, pemerintah setempat menggali serta memperbanyak informasi orang-orang yang bisa mocopat untuk diajarkan kepada generasi muda zaman sekarang agar budaya ini tidak hilang tertelan zaman.[]
Editor: Yant Kaiy
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.