Cerpen: Natalia, Kuikhlaskan Kepergianmu…
Cerpen: Yant Kaiy
Rasanya
berat kaki melangkah dari tempat peristirahatannya. Di atas pusara kupanjatkan
doa. Jasadnya telah terkubur. Diabetes mellitus menenggelamkan banyak keinginannya.
Natalia pergi untuk selamanya.
Tujuh
belas tahun dia telah mengisi ruang hidupku. Suka-duka kini harus berakhir
bersamanya. Aku harus memulainya lagi dengan putri kecilku.
Aku
sempat kehilangan keseimbangan. Otak sadarku hampir tertikam belati kecewa.
Jujur, aku masih belum puas memenuhi segala mimpinya. Inilah yang jadi beban
pikiranku saat ini.
Aku
dipapah adikku pergi dari lokasi kuburan umum. Sampai di rumah air mata ini
mengalir kembali. Foto-foto Natalia di dinding disimpan ke lemari baju oleh
kakak iparku.
“Bersabarlah,
Dik! Ikhlaskanlah dia. Kita semua akan meninggalkan alam fana ini. Hanya tinggal
menunggu waktu. Kita semua sama-sama merasa kehilangan atas kepergiannya. Semua
karena sudah takdir dari Sang Khalik,” harap kakak iparku menenangkan jiwa ini
sembari memegang bahuku.
Bibir
ini tak bisa melontarkan kata-kata. Aku tak bisa merangkainya. Pikiranku kacau.
Sebisa mungkin aku berusaha mengendalikan kekacauan dalam dada.
Sementara
anakku dihibur oleh keluarga besar kami. Ia juga sangat terpukul akan kepergian
orang yang telah melahirkannya ke alam dunia ini.
Entah
kenapa aku menjadi manusia cengeng. Padahal ketika masih bersamanya aku pernah
menyiakannya. Kadang tak mempedulikannya lantaran hati kecewa atas sikapnya
yang menurutku tidak cocok.
Pernah
pula aku berpikir untuk menikah lagi. Keinginan “sinting” itu ternatal disaat
kami cekcok karena sebuah persoalan beda cara sudut pandang. Poligami sebagai
bentuk ego diri membalas sakit hati ini.
Semua
bentuk hasrat diri, kali ini jadi beku. Tidak meletup lagi. Tak ada pikiran
berpindah kelain hati. Mungkin waktu yang akan mengubah segalanya.[]
Pasongsongan, 26/12/2022
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.