Hasil Panen Jagung Tak Sepadan Biaya Tanam
Catatan: Yant Kaiy
Perlu
diketahui, mayoritas lahan tanam di Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten
Sumenep berjenis tegalan. Masyarakat di daerah ini cenderung memilih bercocok
tanam jagung dan kacang hijau. Sebagian besar lahan banyak yang menganggur
karena tanahnya berbatu.
Tahun
2023 kali ini panen jagung di Desa Pasongsongan banyak yang gagal panen. Faktor
penyebabnya adalah angin dan hama tikus. Awal Januari angin berhembus kencang
disertai hujan deras selama sepekan lebih. Otomatis tanaman jagung banyak
roboh. Situasi ini menyebabkan jagung tidak berbuah maksimal.
Kendati
demikian para petani tetap menggarap lahannya kembali. Walau mereka tahu kalau hasil
panennya lebih besar pasak dari pada tiang. Alasan mereka menanam jagung kembali
beragam. Salah satunya karena menghormati leluhurnya yang telah mewariskan
lahan kepada dirinya.
Ada
pula masyarakat petani yang mengatakan, kalau dirinya “terpaksa” menanam jagung
kembali supaya tidak dinilai sebagai pemalas.
Harga Pupuk
Melambung
Hasil
panen jagung kalau diuangkan mungkin tidak sampai separuh biaya yang
digelontorkan. Kok bisa? Ini disebabkan harga pupuk hampir mencapai Rp 200.000,-/50
Kg. Itu pupuk bersubsidi dan barangnya langka.
Petani
jagung juga harus membeli racun rumput (herbisida) yang harganya ratusan ribu sebelum
bercocok tanam. Dan biaya membajak tanah dengan traktor juga tidak sedikit.
Sungguh
amat menyedihkan tembang elegi para petani jagung di Desa Pasongsongan. Kapan
mereka bisa tersenyum bahagia?...
- Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.