Makna Raja Kecil
Catatan: Yant Kaiy
Seorang
teman ditakdirkan memangku jabatan sebagai kepala desa. Bangga sekaligus
terharu karena saya tahu persis perjuangannya sungguh luar biasa. Pengorbanan waktu
bersosialisasi hampir satu tahun lebih telah menguras tenaga dan pikirannya.
Beruntung
dalam kompetisi Pilkades (Pemilihan Kepala Desa) ia meraup suara terbanyak dari
keempat kandidatnya. Kendati tidak terpaut banyak, menang kurang dari 100
suara.
Acara syukuran kemenangan dirayakan luar bisa bersama
para pendukungnya. Kediamannya ramai dikunjungi para tokoh dan orang-orang
penting dari beberapa daerah diluar desanya. Saya pun hadir memberikan ucapan
kata selamat.
Setelah
dilantik jadi kepala desa, sikapnya terhadap saya mulai berubah. Saya tanya
kepada teman lain dan orang-orang terdekatnya, mereka membenarkan perubahan
itu. Ia mulai membatasi diri bergaul dengan mereka yang pernah akrab dalam
kehidupan masa lalunya.
Takhta
telah membutakan mata hatinya. Ia lupa kalau jabatannya hanya sebentar. Kalau
tidak terpilih lagi sebagai kepala desa, mungkin ia akan diletakkan pada posisi
terbawah karena semasih menjabat tidak punya sense sosial dan terkesan acuh tak
acuh.
Fenomena
ini tidak hanya berlaku terhadap teman saya. Beberapa Raja Kecil lainnya
rupanya banyak yang terkontaminasi sindrome angkuh, egosentris.[]
-Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.