Sumur Bor dan Mitigasi Bencana Dampak Kekeringan
Catatan: Yant Kaiy
Awal
Juli 2023 kemarin memang sempat turun hujan dua kali berturut-turut di sebagian
besar Kota Keris Sumenep. Tapi beberapa dusun bagian selatan Desa/Kecamatan
Pasongsongan Sumenep hanya gerimis. Tak ayal kekeringan pun melanda. Sumur
milik masyarakat hanya cukup untuk minum, cuci dan kakus.
Di
dusun ini mayoritas warga masyarakatnya petani tembakau. Air menjadi barang
paling berharga sebagai penentu memperoleh pundi-pundi cuan. Saat ini elegi
petani tembakau terdengar pilu. Mengiris relung kalbu. Namun semua adalah
kehendak-Nya. Manusia hanya bisa memanjatkan doa.
Sementara
sumur bor bantuan pemerintah yang menghabiskan dana puluhan bahkan ratusan juta
rupiah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Mangkrak. Hanya jadi bukti kisah
fiksi belaka, bahwa pemerintah memang punya atensi besar terhadap dampak
kekeringan saat musim kemarau.
Padahal
jika dikelola dengan bijak, sumur bor bisa dipastikan akan memberikan manfaat
luar biasa. Petani akan berjaya meraih impian. Sektor perekonomian masyarakat
tingkat bawah yakin bergeliat.
Ada
pula bantuan sumur bor ditempatkan di lahan orang-orang yang memiliki hubungan
kekerabatan dengan pemangku kebijakan tertentu. Endingnya bisa ditebak, pada
akhirnya pemilik lahan berkuasa atas proyek tersebut.
Sebenarnya
landasan tujuan bantuan sumur bor untuk masyarakat luas. Namun perlahan tapi
pasti, pemanfaatan beralih fungsi jadi milik perseorangan. Jelas ini tidak
dibenarkan dalam kaidah hukum apa pun. Ini perilaku menyimpang yang wajib
diluruskan.
Pemilik Wewenang
Ada
pula kasus lucu. Proyek sumur bor dibangun ditempat tidak semestinya. Sudah
tahu disitu sumber airnya tidak memadai, tetap saja dipaksakan. Hanya berdasar
pesanan. Atau berdasar kepentingan kelompok tertentu.
Kontribusi
jangka panjangnya akan memberikan keuntungan pada sang penentu kebijakan
setempat. Persis permainan karambol. Ia mengambil keputusan, muara manfaat
kembali pada dirinya.
Setelah
pembangunan sumur bor jadi. Ternyata benar. Mesin sumur bor dihidupkan, tidak
lebih satu jam, airnya tidak mengalir. Alias habis.
Disekitar
kita banyak bantuan sumur bor dibiarkan rusak. Tidak terurus. Padahal dana yang
digelontorkan pemerintah tidak sedikit. Terlihat seolah pemilik wewenang tidak
punya kuasa terhadap proyek tersebut. Semua hanya berdasar pesanan.
Perilaku
mengeruk keuntungan dari proyek sumur bor semestinya harus jadi perhatian pihak
berwajib. Perhatian kita semua. Lantaran kita punya hak bersuara atas
ketidakbenaran ini.
Padahal
dana peruntukan sumur bor diambil dari pajak. Bukan uang milik golongan atau
kelompok tertentu. Semua orang tahu. Giliran kita berkoar-koar, eh kita yang
disudutkan.
Sumur
bor sejatinya menjadi mitigasi bencana saat kekeringan melanda di tengah-tengah
masyarakat. Keberadaannya sangat dibutuhkan.[]
- Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.