Mengenal Lebih Dekat Zikir Samman Pasongsongan: Sejarah dan Signifikansinya
Pagelaran Zikir Samman di Asta Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin Dusun Pakotan Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura. [Foto Dokumentasi: Yant Kaiy] |
Oleh: Yant Kaiy
Kata Pengantar
I. Pendahuluan
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Penelitian
D. Metode
Penelitian
II. Zikir Samman Pasongsongan:
Sejarah dan Asal Usul
A. Asal
mula Zikir Samman Pasongsongan
B. Perkembangan
sejarahnya
C. Tokoh-tokoh
yang berperan dalam perkembangan Zikir Samman Pasongsongan
D.
Pendiri Zikir Samman
E.
Perbedaan Toriqoh Sammaniyah dan Zikir Samman Pasongsongan
III. Ritual Zikir Samman Pasongsongan
A. Deskripsi
ritual Zikir Samman Pasongsongan
B. Tahapan-tahapan
dalam ritual
C. Simbolisme
dan makna di balik setiap tahapan
IV. Signifikansi Zikir Samman
Pasongsongan
A. Peran
dalam kehidupan masyarakat Sumenep
B. Hubungan
dengan identitas kultural dan keagamaan
C. Pengaruhnya
terhadap generasi muda dan pemeliharaan tradisi
V. Tantangan dan Ancaman terhadap
Kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan
A. Faktor-faktor
yang memengaruhi kelangsungan
B. Upaya
pelestarian dan revitalisasi
VI. Studi Kasus atau Wawancara
(Opsional)
A. Catatan
dari wawancara dengan tokoh-tokoh lokal atau partisipan
B. Zikir
Samman Pasongsongan
VII. Kesimpulan
A. Ringkasan
temuan utama
B. Implikasi
sosial dan budaya
C. Rekomendasi
untuk pelestarian dan penelitian lanjutan
VIII. Daftar Pustaka
Biodata Penulis
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penelitian ini, baik moril atau materi
Karya tulis ini bertujuan untuk menjelajahi dan mengungkap sejarah serta signifikansi Zikir Samman Pasongsongan di Kabupaten Sumenep, ujung timur Pulau Garam Madura. Zikir Samman Pasongsongan adalah sebuah tradisi keagamaan yang kaya akan nilai budaya dan spiritual yang mendalam.
Dalam tulisan ini, kami akan membahas asal usul, perkembangan, serta makna di balik ritual Zikir Samman Pasongsongan. Selain itu, kami juga akan menjelajahi signifikansi tradisi ini dalam konteks kehidupan masyarakat Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep dan bagaimana ritual ini mempengaruhi identitas kultural mereka.
Kami menyadari bahwa penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa kerja sama dan kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap masyarakat Dusun Pakotan Desa Pasongsongan yang telah bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang Zikir Samman Pasongsongan. Kami juga berterima kasih kepada para narasumber yang telah memberikan wawasan berharga mereka selama proses penelitian ini.
Terakhir, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman kami yang selalu memberikan dukungan moral dan semangat dalam penulisan karya ini.
Semoga karya tulis ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang Zikir Samman Pasongsongan dan
kontribusinya terhadap warisan budaya dan spiritual masyarakat Pasongsongan Sumenep.
Kami berharap bahwa karya ini juga dapat menjadi inspirasi untuk pelestarian
dan penelitian lanjutan tentang tradisi berharga ini.
Terima kasih.
Penulis
Yant Kaiy
Pasongsongan, medio September
2023
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kabupaten Sumenep, yang terletak di ujung timur Pulau Madura, Indonesia, adalah tempat tersembunyi beragam kekayaan budaya dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi selama berabad-abad. Salah satu tradisi yang memikat dan kaya akan makna adalah Zikir Samman Pasongsongan, sebuah ritual keagamaan yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Zikir Samman Pasongsongan adalah salah satu contoh nyata dari bagaimana agama, budaya, dan sejarah saling terkait dalam membentuk identitas suatu komunitas.
Ritual ini tidak hanya menjadi aspek penting dalam praktik keagamaan masyarakat Pasongsongan tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Namun, meskipun pentingnya Zikir Samman Pasongsongan bagi seluruh lapisan masyarakat Sumenep, penelitian yang mendalam tentang sejarah dan signifikansinya masih terbatas. Butuh kajian lebih mendalam karena pijakan literatur penopang bukti-bukti penting masih begitu sedikit.
Karya tulis ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan tersebut dengan mengeksplorasi sejarah Zikir Samman Pasongsongan dan menganalisis signifikansinya dalam konteks kebudayaan dan keagamaan masyarakat Pasongsongan. Dalam penelitian ini, kami akan merunut asal usul Zikir Samman Pasongsongan, melacak perkembangannya seiring waktu, dan menganalisis makna-makna dalam ritual ini.
Dengan memahami lebih dalam tentang tradisi ini, kita dapat menghargai peran besar yang dimainkannya dalam memperkaya budaya Pasongsongan Sumenep dan memahami dampaknya terhadap identitas kultural masyarakat Pasongsongan. Pengaruh besar itu hingga kini masih mewarnai budaya Islami warga Pasongsongan dalam setiap pergaulan dengan masyarakat luar.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan modern dan perubahan sosial, pemahaman mendalam tentang Zikir Samman Pasongsongan adalah langkah penting dalam upaya pelestarian dan penghargaan terhadap warisan budaya yang tak ternilai ini. Diharapkan bahwa karya tulis ini akan memberikan wawasan yang lebih baik tentang keberlanjutan dan signifikansi ritual ini dalam masyarakat Kecamatan Pasongsongan, sekaligus menginspirasi upaya-upaya untuk melestarikannya bagi generasi mendatang.
Gempuran budaya asing yang tak selaras dengan falsafah hidup warga Pasongsongan Sumenep memang tidak dapat dihindari lagi. Tinggal bagaimana sikap bijak warga setempat dalam memaknai pentingnya budaya atau tradisi warisan nenek moyang untuk tetap dijaga dan melestarikan tanpa rasa bosan.
Tidak menyerah untuk senantiasa merawat tradisi leluhur tersebut menjadi satu prasasti kebanggaan yang tak dapat diukur nilainya. Kita tentu tidak boleh menghapus jejak sejarah karena ego dan latah atas perubahan atau pergeseran minat generasi menurun terhadap nilai-nilai budaya atau tradisi warisan nenek moyang.
B. Rumusan Masalah:
1.
Bagaimana sejarah dan asal usul Zikir
Samman Pasongsongan di Kabupaten Sumenep?
2.
Bagaimana perkembangan Zikir Samman
Pasongsongan dari masa ke masa?
3.
Apa makna dan simbolisme yang
terkandung dalam ritual Zikir Samman Pasongsongan?
4.
Bagaimana Zikir Samman Pasongsongan
berperan dalam kehidupan masyarakat Sumenep dan dalam mempertahankan identitas
kultural mereka?
5.
Apa saja tantangan dan ancaman yang
dihadapi Zikir Samman Pasongsongan dalam menjaga kelangsungannya sebagai
tradisi budaya dan keagamaan di Sumenep?
6.
Bagaimana upaya-upaya pelestarian dan
revitalisasi Zikir Samman Pasongsongan dapat diimplementasikan untuk mendukung
keberlanjutannya di masa depan?
C. Tujuan Penelitian:
1. Untuk Menganalisis Sejarah dan Asal Usul Zikir Samman Pasongsongan: Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki asal usul dan perkembangan sejarah Zikir Samman Pasongsongan di Kabupaten Sumenep. Penelitian ini bertujuan untuk merinci perkembangan ritual ini dari masa ke masa dan mengidentifikasi peristiwa penting yang memengaruhinya.
2. Untuk Mengungkap Makna dan Simbolisme dalam Ritual Zikir Samman Pasongsongan: Penelitian ini akan mencoba mengungkap makna, simbolisme, dan pesan yang terkandung dalam setiap tahapan ritual Zikir Samman Pasongsongan. Tujuannya adalah untuk menggali pemahaman yang lebih dalam tentang nilai budaya dan spiritual dari praktik ini.
3. Untuk Menganalisis Signifikansi Zikir Samman Pasongsongan dalam Kehidupan Masyarakat Sumenep: Penelitian ini akan menjelajahi peran ritual Zikir Samman Pasongsongan dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat Pasongsongan Sumenep. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana ritual ini membentuk identitas kultural mereka, memengaruhi nilai-nilai keagamaan, dan memperkaya budaya lokal.
4. Untuk Mengidentifikasi Tantangan dan Ancaman terhadap Kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan: Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mengancam kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan sebagai tradisi budaya dan keagamaan. Tujuannya adalah untuk memahami tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan ritual ini di era modern.
5. Untuk Merumuskan Upaya Pelestarian dan Revitalisasi: Penelitian ini akan menghasilkan rekomendasi dan strategi untuk melestarikan dan merawat tradisi Zikir Samman Pasongsongan. Tujuannya adalah untuk memberikan panduan praktis bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menjaga kelangsungan ritual ini. Segala sesuatunya tidak ada yang tidak mungkin, karena ikhtiar adalah modal awal dalam mencapai tujuan sesuai impian.
D. Metode Penelitian:
1. Penelitian Kualitatif:
- Studi Kasus: Melakukan studi
kasus mendalam tentang Zikir Samman Pasongsongan di beberapa lokasi di
Kabupaten Sumenep untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang
praktik dan makna ritual ini.
- Wawancara: Melakukan
wawancara dengan para tokoh masyarakat Kecamatan Pasongsongan, pemimpin
agama, dan partisipan Zikir Samman Pasongsongan untuk mengumpulkan
pandangan dan pengetahuan mereka tentang tradisi ini.
- Observasi Partisipatif: Terlibat secara langsung dalam ritual Zikir Samman Pasongsongan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman praktik ini.
2. Pengumpulan Data:
- Dokumentasi Visual:
Mengumpulkan foto dan video selama ritual Zikir Samman Pasongsongan untuk
mendokumentasikan tahapan-tahapan kunci dan ekspresi artistik dari Youtube
channel Apoy Madura.
- Arsip dan Sumber Primer:
Mengumpulkan sumber-sumber sejarah dan dokumen lama yang terkait dengan
Zikir Samman Pasongsongan, seperti literatur lokal dan arsip komunitas.
- Media Online: Mengumpulkan beberapa catatan yang diambil dari beberapa tulisan dari website apoymadura.com yang cukup lengkap sebagai sumber pemahaman.
3. Analisis Data:
- Analisis Tematik:
Menganalisis data kualitatif dari wawancara, observasi, dan dokumentasi
visual dengan pendekatan analisis tematik untuk mengidentifikasi pola dan
tema yang muncul.
- Analisis Sejarah: Menggunakan metode analisis sejarah untuk merunut asal usul dan perkembangan ritual Zikir Samman Pasongsongan dari masa ke masa.
4. Validitas dan Reliabilitas:
- Triangulasi Data:
Membandingkan hasil dari berbagai sumber data untuk memastikan konsistensi
temuan.
- Pemilihan Informan Kunci: Memilih informan kunci yang memiliki pengetahuan mendalam tentang Zikir Samman Pasongsongan untuk memastikan keakuratan informasi.
5. Etika Penelitian:
- Persetujuan Etik: Memperoleh
izin dan persetujuan dari komunitas dan individu yang terlibat dalam
penelitian.
- Rahasia dan Kerahasiaan: Menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh informan dan menghormati nilai-nilai keagamaan dan budaya yang terkait dengan ritual ini.
II. Zikir Samman
Pasongsongan: Sejarah dan Asal Usul
A. Asal
Mula Zikir Samman Pasongsongan
Zikir Samman Pasongsongan, sebuah ritual keagamaan yang kaya akan nilai budaya, memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan tradisi masyarakat Sumenep, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Indonesia. Asal mula ritual ini dapat ditelusuri ke beberapa faktor berikut
1. Jejak Sejarah Lokal: Asal mula Zikir Samman Pasongsongan dapat ditelusuri ke dalam jejak sejarah lokal Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep yang kaya. Ritual ini diyakini telah ada sejak abad XVII Masehi dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Pasongsongan Sumenep seiring berjalannya waktu.
2. Pengaruh Islam: Sebagai ritual keagamaan, Zikir Samman Pasongsongan memiliki akar dalam agama Islam, yang dianut secara luas di Pulau Madura. Pengajaran agama Islam dan tradisi-tradisi keagamaan yang berkembang di komunitas ini telah memengaruhi perkembangan ritual Zikir Samman Pasongsongan.
3. Interaksi Budaya: Pulau Madura, sebagai bagian dari perjalanan perdagangan maritim di Indonesia, telah lama menjadi pusat interaksi budaya. Kontak dengan budaya-budaya lain, seperti Jawa, Cina dan Arab, mungkin juga memainkan peran dalam pengembangan ritual ini.
4. Fungsi Sosial dan Budaya: Zikir Samman Pasongsongan tidak hanya menjadi aspek penting dalam praktik keagamaan, tetapi juga berfungsi sebagai sarana sosial dan budaya. Ritual ini menghubungkan orang-orang dalam komunitas Sumenep, memperkuat identitas mereka, dan memelihara nilai-nilai budaya tradisional.
Ritual Zikir Samman Pasongsongan memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan kehidupan masyarakat Sumenep, dan memahami asal mula ritual ini adalah langkah penting dalam menghargai warisan budaya dan spiritual yang dimilikinya.
B. Perkembangan Sejarah Zikir
Samman Pasongsongan
Ritual Zikir Samman Pasongsongan
memiliki perkembangan sejarah yang kaya dan beragam dalam konteks masyarakat Desa
Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura,
Indonesia. Perjalanan perkembangan ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap
penting:
1. Asal Usul Awal: Ritual Zikir Samman Pasongsongan diyakini telah ada sejak berabad-abad yang lalu, mungkin berasal dari tradisi Islam Sufi yang dibawa oleh para misionaris Islam ke wilayah tersebut. Pada tahap awal perkembangannya, ritual ini mungkin sederhana dan diadakan secara terbatas.
2. Perkembangan dalam Konteks Kultural: Seiring berjalannya waktu, ritual Zikir Samman Pasongsongan menjadi semakin terintegrasi dengan budaya dan tradisi lokal masyarakat Sumenep. Ini mencakup penambahan unsur-unsur budaya khas Madura dalam praktik dan penampilan ritual ini.
3. Pengaruh Modernisasi: Pada abad ke-20, dengan masuknya pengaruh modernisasi dan perubahan sosial di Pulau Madura, ritual ini mengalami tantangan dalam menjaga kelangsungannya. Namun, dalam beberapa kasus, ritual ini justru menjadi lebih penting sebagai cara untuk mempertahankan identitas kultural dan keagamaan dalam menghadapi perubahan zaman.
4. Pelestarian dan Revitalisasi: Akhir-akhir ini, ada upaya yang lebih besar untuk melestarikan dan merawat ritual Zikir Samman Pasongsongan sebagai warisan budaya. Banyak kelompok masyarakat dan individu bekerja sama untuk mempromosikan praktik ini dan menjaganya agar tetap hidup.
5. Persebaran dan Dampak: Ritual Zikir Samman Pasongsongan tidak terbatas hanya pada Sumenep; pengaruhnya telah merambah ke komunitas-komunitas lain di luar Kabupaten Sumenep dan bahkan luar Pulau Madura. Ini menunjukkan pentingnya ritual ini dalam konteks yang lebih luas.
Perkembangan sejarah Zikir Samman Pasongsongan mencerminkan perubahan dan adaptasi yang telah terjadi selama berabad-abad, tetapi juga menunjukkan ketahanannya dalam menjaga nilai-nilai budaya dan spiritual dalam masyarakat Sumenep.
C. Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Perkembangan Zikir Samman
Pasongsongan
1.
Ulama dan Guru Agama: Para ulama dan guru agama
Islam di Kabupaten Sumenep memainkan peran penting dalam menyebarkan dan
menjaga Zikir Samman Pasongsongan sebagai tradisi keagamaan. Mereka memberikan
panduan spiritual kepada komunitas dan mengajarkan makna-makna dalam ritual
ini.
2. Pemimpin Adat dan Kultural: Tokoh-tokoh yang memegang peran penting dalam struktur adat dan budaya lokal juga berkontribusi dalam perkembangan ritual ini. Mereka membantu memadukan unsur-unsur budaya khas Madura ke dalam Zikir Samman Pasongsongan.
3. Partisipan Aktif: Partisipan ritual itu sendiri, yang datang dari berbagai lapisan masyarakat Sumenep, juga memiliki peran kunci dalam menjaga dan mempertahankan tradisi ini. Mereka turut mengembangkan dan melestarikan praktik ini dengan berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan ritual.
4. Organisasi Keagamaan dan Sosial: Beberapa organisasi keagamaan dan sosial di Sumenep turut mendukung dan mempromosikan Zikir Samman Pasongsongan sebagai bagian dari budaya dan identitas lokal. Mereka sering mengadakan acara-acara khusus yang menampilkan ritual ini kepada masyarakat lebih luas.
5. Peneliti Budaya dan Akademisi: Para peneliti budaya dan akademisi yang tertarik pada keberlanjutan warisan budaya lokal juga berperan dalam menyusun penelitian dan dokumentasi tentang Zikir Samman Pasongsongan. Penelitian mereka membantu memahami lebih dalam makna dan signifikansi ritual ini.
6. Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah Kabupaten Sumenep juga memiliki peran dalam mendukung pelestarian Zikir Samman Pasongsongan. Mereka dapat memberikan dukungan dalam bentuk regulasi dan pengakuan terhadap praktik ini sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan.
7. Masyarakat Sumenep secara Keseluruhan: Seluruh masyarakat Sumenep, terutama generasi muda, memiliki peran dalam menjaga kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan. Pemahaman, penghargaan, dan partisipasi masyarakat secara luas adalah kunci untuk menjaga tradisi ini tetap hidup.
D. Pendiri Zikir Samman
1. Mengenal Pendiri Toriqoh
Sammaniyah:
Toriqoh Sammaniyah adalah salah satu cabang dari toriqoh sufi yang memiliki akar sejarah yang dalam dan dipandang sebagai salah satu dari banyak jalan untuk mencapai pemahaman spiritual dalam agama Islam. Toriqoh ini didirikan oleh seorang tokoh spiritual yang dihormati, yaitu Syekh Muhammad Samman, yang memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan tradisi sufi di dunia Islam.
Syekh Muhammad Samman lahir pada tahun 1911 di Mesir. Beliau tumbuh dalam lingkungan yang kaya dengan nilai-nilai agama dan kehidupan spiritual. Sejak usia muda, Syekh Samman telah menunjukkan minat mendalam dalam aspek-aspek rohani agama Islam. Pada usia remajanya, dia mulai mengejar pendidikan agama yang serius, belajar di bawah bimbingan guru-guru sufi terkenal di masanya.
2. Pendirian Tariqah
Sammaniyah:
Syekh Muhammad Samman mendirikan Toriqoh Sammaniyah sebagai sebuah jalan sufi yang berfokus pada aspek-aspek pemurnian diri dan pencarian spiritual. Toriqoh ini menggabungkan ajaran-ajaran dari Al-Quran dan Hadis dengan prinsip-prinsip sufi yang mendalam. Salah satu ciri khas toriqoh ini adalah pentingnya zikir (mengingat Allah) dalam kehidupan sehari-hari. Para pengikut Toriqoh Sammaniyah diharapkan untuk secara teratur mengingat Allah melalui doa-doa dan dzikir yang khusus.
3. Warisan Syekh Muhammad
Samman:
Salah satu kontribusi terbesar Syekh Muhammad Samman adalah pengajaran mengenai pentingnya mencapai pemahaman dan kesadaran spiritual dalam agama Islam. Dia mendorong para pengikutnya untuk merenungkan makna agama dan mencari Allah dalam hati mereka. Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya cinta, toleransi, dan belas kasihan dalam kehidupan sehari-hari.
Syekh Muhammad Samman juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif, menghasilkan banyak karya tulis tentang spiritualitas Islam. Karyanya membantu menyebarkan ajaran-ajaran Tariqah Sammaniyah ke seluruh dunia.
4. Penyebaran Tariqah
Sammaniyah:
Toriqoh Sammaniyah telah menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia. Para pengikutnya mengikuti ajaran-ajaran sufi yang diajarkan oleh Syekh Muhammad Samman dan berusaha untuk mencapai pemahaman spiritual yang lebih dalam dalam agama Islam. Mereka juga berkomitmen untuk berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan membantu orang-orang yang membutuhkan.
5. Ajaran Toriqoh
Sammaniyah:
Syekh Muhammad Samman adalah seorang tokoh spiritual yang menginspirasi banyak orang melalui pendiriannya atas Toriqoh Sammaniyah. Warisan spiritualnya terus hidup melalui pengikut-pengikutnya yang berusaha untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang agama Islam dan mencari Allah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Syekh Muhammad Samman merupakan contoh yang menginspirasi tentang bagaimana seseorang dapat menggabungkan ajaran agama dengan nilai-nilai cinta, toleransi, dan belas kasihan dalam rangka mencapai pemahaman spiritual yang lebih tinggi.
E. Perbedaan
Toriqoh Sammaniyah dan Zikir Samman Pasongsongan
1. Asal-usul dari nama yang sama: Kedua konsep ini memiliki nama yang sama, yaitu "Samman," yang menunjukkan adanya kaitan dengan warisan spiritual yang sama atau terinspirasi oleh Syekh Muhammad Samman, pendiri Tariqah Sammaniyah.
2. Fokus pada zikir: Baik Toriqoh Sammaniyah maupun Zikir Samman Pasongsongsongan memiliki fokus yang kuat pada zikir, yaitu pengingatan Allah. Kedua konsep ini mengajarkan pentingnya berzikir sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai pemahaman spiritual yang lebih dalam.
3. Toriqoh vs. Zikir: Toriqoh Sammaniyah adalah sebuah toriqoh sufi yang lebih luas, yang mencakup berbagai aspek praktik keagamaan dan spiritualitas. Ini mencakup ajaran-ajaran sufi, metode meditasi, dan prinsip-prinsip etika Islam. Di sisi lain, Zikir Samman Pasongsongsongan adalah sebuah jenis zikir atau aktivitas berzikir yang secara khusus terkait dengan penggunaan kata "Samman" dalam dzikir. Ini dapat dianggap sebagai satu aspek dari praktik dalam Toriqoh Sammaniyah.
4. Pendekatan Praktikal: Zikir Samman Pasongsongsongan cenderung lebih terfokus pada praktik zikir tertentu yang melibatkan kata "Samman" dalam pengulangan. Ini sering kali melibatkan jumlah tertentu dari pengulangan kata "Samman." Toriqoh Sammaniyah, di sisi lain, mencakup berbagai praktik spiritual yang melibatkan lebih dari sekadar zikir, termasuk pembelajaran ajaran sufi, meditasi, dan penekanan pada perkembangan etika dan moral.
5. Luasnya Pendekatan Spiritual: Toriqoh Sammaniyah lebih luas dalam pendekatannya terhadap spiritualitas Islam. Selain zikir, ia juga mengajarkan berbagai aspek lainnya seperti mendalami Al-Quran dan Hadis, mengembangkan cinta, toleransi, dan belas kasihan, serta mencari pemahaman yang lebih dalam tentang agama Islam. Zikir Samman Pasongsongsongan, di sisi lain, lebih terbatas pada pengulangan kata "Samman" dalam konteks zikir.
6. Jangkauan Geografis: Toriqoh Sammaniyah adalah sebuah toriqoh sufi yang telah menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia, sementara Zikir Samman Pasongsongsongan mungkin lebih terkait dengan komunitas atau kelompok yang lebih terbatas geografisnya.
Dengan kata lain, sementara keduanya terkait dengan penggunaan kata "Samman" dalam konteks keagamaan Islam, Toriqoh Sammaniyah adalah kerangka spiritual yang lebih luas yang mencakup berbagai praktik sufi dan etika Islam, sementara Zikir Samman Pasongsongsongan lebih terbatas pada pengulangan kata tersebut dalam dzikir.
F. Akulturasi Zikir Samman
Sumenep, dengan keanekaragaman etnis, budaya, dan agama, adalah rumah bagi beragam praktik keagamaan dan budaya. Salah satu bentuk ekspresi spiritual yang menarik perhatian adalah Zikir Samman Pasongsongan, yang mewakili akulturasi unik dan indah antara Islam dan tradisi lokal Indonesia.
1. Zikir Samman Pasongsongan: Zikir Samman adalah bentuk ibadah spiritual yang menggabungkan elemen-elemen Islam dengan nuansa tradisional Indonesia. Kata "Zikir" berasal dari bahasa Arab yang berarti "mengingat," Ketika kata ini diseleraskan dengan bentuk ibadah jasmani, kita mendapatkan praktik yang berfokus pada pengingatan kepada Allah melalui nyanyian dan gerakan yang indah.
Zikir Samman Pasongsongan memiliki akar yang dalam budaya Sumenep Madura. Meskipun jelas memiliki pengaruh Islam yang kuat, praktik ini berkembang dalam konteks kebudayaan Pulau Garam Madura, terutama di daerah Jawa Timur. Beberapa sejarawan menduga bahwa Zikir Samman Pasongsongan pertama kali muncul pada abad XVII sebagai respons terhadap penetrasi Islam di Madura, yang membawa pada sebuah aliran agama baru ini ke dalam budaya lokal.
2. Unsur Zikir Samman Pasongsongan: Zikir Samman memiliki beberapa unsur kunci yang membuatnya unik dalam perkembangannya setelah melewati fase akulturasi dengan budaya lokal Desa Pasongsongan. Terciptanya Zikir Samman Pasongsongan berkat kegigihan Syekh Ali Akbar Pasongsongan dalam menyiarkan agama Islam terhadap warga pesisir utara Pulau Madura. Kesenian Zikir Samman Pasongsongan menjadi pendamping kuat dalam menggalang umat dalam bingkai senasib dan sepenanggungan sebagai warga Madura.
Dalam Zikir Samman Pasongsongan, peserta menyanyikan zikir dengan melantunkan nama-nama Allah dan ayat-ayat suci dalam bahasa Arab, yang disertai dengan gerakan tari yang indah. Ini menciptakan harmoni antara vokal dan gerakan fisik, yang menghasilkan pengalaman spiritual yang mendalam. Zikir Samman biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang. Ini menciptakan rasa persatuan dan kebersamaan dalam mencari kedekatan dengan Allah.
3. Signifikansi Zikir Samman Pasongsongan: Zikir Samman Pasongsongan memiliki signifikansi yang mendalam dalam budaya Indonesia. Selain sebagai bentuk ibadah, praktik ini juga menjadi bagian dari identitas budaya Madura. Ini menunjukkan bahwa agama Islam dapat hidup berdampingan dengan budaya lokal tanpa mengorbankan esensi agama tersebut. Zikir Samman Pasongsongan juga menjadi sarana untuk menjaga dan mewariskan tradisi budaya kepada generasi muda.
Zikir Samman Pasongsongan adalah contoh yang indah tentang bagaimana masyarakat Madura menggabungkan keberagaman agama dan budaya. Ini adalah perpaduan harmonis antara Islam dan tradisi lokal, menciptakan pengalaman spiritual yang mendalam dan memperkuat identitas budaya Madura yang kaya.
III. Ritual Zikir Samman
Pasongsongan
Deskripsi Ritual Zikir Samman
Pasongsongan
Ritual Zikir Samman Pasongsongan adalah sebuah upacara keagamaan yang sangat dihormati dan penting bagi masyarakat Sumenep di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Indonesia. Ritual ini merupakan gabungan antara elemen-elemen keagamaan Islam dengan unsur-unsur budaya lokal Madura, menciptakan sebuah pengalaman spiritual dan budaya yang unik.
Ritual ini umumnya dilaksanakan secara berkala, terutama pada haul Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin. Haul penyebar agama Islam di pesisir pantai utara Pulau Madura ini tepat pada 14 Jumadil Akhir. Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin ini meninggal dunia tepat pada 14 Jumadil Akhir 1000 Hijriah.
Acapkali ritual Zikir Samman Pasongsongan digelar pada momen-momen keagamaan tertentu, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau peringatan-peringatan keagamaan lainnya. Bahkan saat ini ada perkumpulan Zikir Samman Pasongsongan yang rutin tiap bulan sekali diselenggarakan dari rumah ke rumah.
Berikut adalah beberapa elemen penting dalam ritual Zikir Samman Pasongsongan
1. Tempat dan Waktu: Ritual ini biasanya dilakukan di masjid, langgar, atau tempat ibadah lainnya yang telah dihiasi dengan indah. Waktu pelaksanaan ritual bervariasi, tetapi seringkali dilakukan dimalam hari.
2. Kelompok Peserta: Ritual ini melibatkan beragam peserta dari berbagai lapisan masyarakat Pasongsongan Sumenep, termasuk laki-laki dan perempuan dari berbagai usia. Mereka berkumpul bersama di tempat ibadah untuk berpartisipasi dalam ritual ini.
3. Pemimpin Ritual: Ritual Zikir Samman Pasongsongan dipimpin oleh seorang pemimpin spiritual atau ulama yang memiliki pemahaman mendalam tentang tradisi ini. Pemimpin ini memandu peserta dalam setiap tahap ritual.
4.
Zikir dan Doa: Ritual ini didominasi oleh
pengulangan zikir (pembacaan ayat-ayat Al-Quran atau nama-nama Allah) dan doa.
Peserta berbaris dan bersama-sama melakukan zikir dengan khidmat, menciptakan
suasana yang penuh dengan ketenangan dan rasa hormat kepada Tuhan.
5. Pentas Seni: Ritual ini juga melibatkan pertunjukan seni tradisional Madura, seperti tari-tarian dan musik tradisional. Pertunjukan ini membawa elemen hiburan dan ekspresi seni ke dalam ritual.
6. Pakaian Khas: Peserta sering mengenakan pakaian khas seorang muslim selama ritual, seperti sarung dan baju koko untuk pria, dan kebaya untuk wanita. Pakaian ini mencerminkan identitas budaya mereka.
7. Makanan dan Minuman: Setelah ritual selesai, seringkali diadakan acara makan bersama di mana peserta berbagi hidangan tradisional Madura. Ini adalah kesempatan untuk mempererat hubungan sosial dan memperkuat rasa komunitas.
Ritual Zikir Samman Pasongsongan tidak hanya sekadar ibadah, tetapi juga sebuah acara budaya yang memperkuat rasa persatuan dan identitas masyarakat Pasongsongan Sumenep. Pengalaman ini adalah wujud dari harmoni antara agama Islam dan tradisi budaya lokal Madura.
B. Tahapan-tahapan dalam Ritual Zikir Samman Pasongsongan
Ritual Zikir Samman Pasongsongan memiliki serangkaian tahapan yang tertata dengan rapi dan penuh makna. Setiap tahapan memiliki peran penting dalam menciptakan pengalaman keagamaan dan budaya yang kaya. Berikut adalah tahapan-tahapan umum dalam ritual ini:
1. Persiapan dan Penyambutan: Sebelum ritual dimulai, peserta berkumpul di tempat ibadah yang telah dipersiapkan dengan baik. Mereka menyambut pemimpin ritual dan membentuk lingkaran atau barisan sesuai dengan instruksi yang diberikan.
2. Pembacaan Ayat-ayat Al-Quran: Ritual dimulai dengan pembacaan ayat-ayat Al-Quran oleh pemimpin ritual. Peserta mendengarkan dengan penuh khidmat, dan suasana pun menjadi hening.
3. Zikir Bersama: Setelah pembacaan ayat-ayat Al-Quran, seluruh peserta bersama-sama mulai melakukan zikir. Mereka membaca nama-nama Allah atau frasa zikir tertentu dengan khusyuk dan penuh konsentrasi. Suara bersamaan dari peserta menciptakan atmosfer spiritual yang kuat.
4. Doa-doa dan Penghayatan: Selama tahap ini, pemimpin ritual membimbing peserta dalam berdoa. Doa-doa ini seringkali mencakup permohonan ampunan, berkat, dan petunjuk. Peserta meresapi doa-doa ini dengan hati yang penuh keyakinan.
5. Pertunjukan Seni: Pada beberapa momen tertentu dalam ritual, biasanya setelah zikir dan doa, peserta dapat menikmati pertunjukan seni tradisional Islami yang dibalut koor zikir. Ini mencakup tari-tarian mengelilingi imam zikir yang berada di tengah-tengah para jamaah, akapela sebagai bentuk jawaban dari komando zikir, dan penampilan seni lainnya yang menghiasi ritual dengan unsur-unsur budaya khas Desa Pasongsongan.
6. Berputar ke Kiri: Jamaah Zikir Samman Pasongsongan mengitari sang imam zikir berlawanan dengan arah jarum jam. Sebagian pendapat dari kalangan ahli filsafat, bahwa perputaran berlawanan arah jarum jam tersebut sebagai implementasi dari nilai-nilai kesucian rohani dan kesehatan jasmani.
7. Pemberian Nasihat Agama: Pemimpin ritual dapat memberikan nasihat agama kepada peserta selama ritual. Nasihat ini berfungsi sebagai pengingat akan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam ritual dan dalam kehidupan sehari-hari.
8. Pembacaan Teks Keagamaan: Ritual sering diakhiri dengan pembacaan teks-teks keagamaan tertentu, seperti surat Al-Fatihah atau surat-surat pendek dari Al-Quran. Ini adalah tahapan penutup yang menyiratkan harapan dan berkat untuk peserta.
9. Makan Bersama: Setelah ritual selesai, peserta seringkali mengadakan acara makan bersama di mana mereka berbagi hidangan tradisional Madura. Ini adalah waktu untuk mempererat hubungan sosial dan menghormati tradisi makan bersama.
Tahapan-tahapan dalam ritual Zikir Samman Pasongsongan mencerminkan perpaduan yang harmonis antara ibadah keagamaan Islam dan unsur-unsur budaya lokal Madura. Ritual ini menciptakan pengalaman spiritual yang mendalam dan memperkuat rasa komunitas dalam masyarakat Sumenep.
C. Simbolisme dan Makna di Balik Setiap Tahapan dalam Ritual Zikir
Samman Pasongsongan
1.
Persiapan dan Penyambutan:
·
Simbolisme: Tahapan ini mencerminkan
persiapan diri dan hati peserta untuk memasuki pengalaman spiritual yang
mendalam. Penyambutan pemimpin ritual menandakan penghargaan terhadap otoritas
spiritual yang akan memandu mereka.
·
Makna: Peserta diberi waktu untuk merelakan diri dari
urusan dunia yang sibuk dan fokus pada tujuan utama ritual, yaitu mendekatkan
diri pada Tuhan.
2.
Pembacaan Ayat-ayat Al-Quran:
·
Simbolisme: Ayat-ayat Al-Quran adalah sumber
kebijaksanaan dan petunjuk dalam Islam. Membaca ayat-ayat ini di awal ritual
mengingatkan peserta akan pentingnya Al-Quran dalam hidup mereka.
·
Makna: Ayat-ayat Al-Quran memberikan dasar rohani bagi
ritual ini, menghubungkan peserta dengan sumber spiritual dan hikmah ilahi.
3.
Zikir Bersama:
·
Simbolisme: Zikir bersama menciptakan
harmoni suara dan pikiran antara peserta, mencerminkan persatuan dalam mencari
cinta dan kehadiran Tuhan.
·
Makna: Zikir merupakan bentuk pengingat akan kehadiran
Tuhan yang maha kuasa dan menciptakan atmosfer spiritual yang mendalam di
antara peserta.
4.
Doa-doa dan Penghayatan:
·
Simbolisme: Doa-doa adalah komunikasi
langsung dengan Tuhan. Penghayatan yang mendalam menggambarkan kerendahan hati
dan rasa ketergantungan peserta pada Tuhan.
·
Makna: Doa-doa ini mengungkapkan permohonan ampunan,
berkat, dan petunjuk, serta menghubungkan peserta dengan Tuhan dalam sebuah
hubungan yang penuh pengabdian.
5.
Pertunjukan Seni:
·
Simbolisme: Pertunjukan seni tradisional
mencerminkan kekayaan budaya Madura dan menjadi hiburan yang memberikan
kesenangan bagi peserta setelah momen-momen spiritual yang mendalam.
·
Makna: Pertunjukan seni adalah penghormatan terhadap
tradisi budaya lokal dan menjadi bagian integral dari identitas masyarakat
Sumenep.
6.
Pemberian Nasihat Agama:
·
Simbolisme: Nasihat agama mengingatkan
peserta akan kewajiban moral dan etis dalam hidup mereka, serta pentingnya
mengikuti ajaran agama.
·
Makna: Nasihat ini memandu peserta dalam menjalani
kehidupan sehari-hari dengan prinsip-prinsip keagamaan yang kuat.
7.
Pembacaan Teks Keagamaan:
·
Simbolisme: Pembacaan teks keagamaan adalah
penutup yang mengingatkan peserta akan makna dan pesan agama dalam kehidupan
mereka.
·
Makna: Teks-teks ini menciptakan perasaan kedekatan
dengan Tuhan dan memberikan berkat dan perlindungan untuk peserta.
8.
Makan Bersama:
·
Simbolisme: Makan bersama menunjukkan
persatuan sosial dan solidaritas dalam masyarakat. Ini adalah cara untuk
menghormati tamu dan mempererat hubungan antar peserta.
· Makna: Makan bersama adalah ekspresi komunitas dan perasaan kebersamaan yang muncul setelah pengalaman spiritual yang mendalam.
Setiap tahapan dalam ritual Zikir Samman Pasongsongan memiliki simbolisme yang kaya dan makna mendalam yang menciptakan pengalaman holistik yang menghubungkan peserta dengan Tuhan, budaya, dan masyarakat mereka. Ini mencerminkan perpaduan yang indah antara keagamaan dan budaya lokal dalam ritual ini.
IV. Signifikansi Zikir Samman Pasongsongan
A. Peran dalam Kehidupan Masyarakat Sumenep
Ritual Zikir Samman Pasongsongan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Pasongsongan di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Indonesia. Ritual ini bukan sekadar praktik keagamaan, tetapi juga membawa dampak yang mendalam dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Sumenep:
1. Identitas Kultural: Zikir Samman Pasongsongan adalah salah satu simbol terpenting dalam identitas kultural masyarakat Sumenep. Ritual ini memadukan unsur-unsur agama Islam dengan budaya lokal Madura, menciptakan identitas budaya yang unik dan kuat. Masyarakat Pasongsongan Sumenep merasa bangga dengan warisan budaya mereka dan melalui ritual ini mereka menjaga dan merayakannya.
2. Penguatan Komunitas: Ritual ini memperkuat rasa komunitas dan persatuan di antara masyarakat Sumenep. Ketika peserta berkumpul untuk berzikir dan merayakan bersama, mereka merasakan ikatan sosial yang kuat. Ini mempererat hubungan antaranggota masyarakat dan menciptakan rasa saling mendukung.
3. Nilai Keagamaan: Zikir Samman Pasongsongan adalah ekspresi yang mendalam dari keagamaan masyarakat Sumenep. Melalui ritual ini, mereka meningkatkan iman dan taqwa mereka kepada Tuhan. Ini juga memberikan mereka kesempatan untuk memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam.
4. Warisan Budaya: Ritual ini adalah salah satu bagian penting dari warisan budaya masyarakat Sumenep. Mereka mewarisi tradisi ini dari generasi ke generasi sebagai bentuk penghormatan terhadap nenek moyang mereka dan sebagai cara untuk melestarikan kekayaan budaya lokal.
5. Pariwisata dan Promosi Budaya: Zikir Samman Pasongsongan juga berperan dalam mempromosikan pariwisata budaya di Sumenep. Banyak wisatawan tertarik untuk menyaksikan dan mengalami ritual ini, yang pada gilirannya membantu mempromosikan budaya Sumenep dan memberikan manfaat ekonomi kepada komunitas.
6. Peningkatan Hubungan Antarumat Beragama: Ritual ini juga memberikan kesempatan bagi warga Sumenep untuk menjalin hubungan baik dengan umat beragama lain di daerah tersebut. Masyarakat Sumenep sering membuka pintu mereka untuk tamu dari luar komunitas mereka, yang membantu membangun toleransi dan pemahaman antaragama.
Zikir Samman Pasongsongan bukan hanya sebuah ritual keagamaan, tetapi juga jantung budaya dan sosial masyarakat Sumenep. Ini adalah contoh bagaimana keagamaan dan budaya dapat bersatu dalam cara yang harmonis dan menguntungkan dalam kehidupan komunitas lokal.
B. Hubungan dengan Identitas Kultural dan Keagamaan
Ritual Zikir Samman Pasongsongan memiliki hubungan erat dengan identitas kultural dan keagamaan masyarakat Sumenep di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Indonesia. Ritual ini adalah sebuah contoh nyata bagaimana identitas budaya dan keagamaan dapat bersatu dalam suatu praktik yang mendalam dan bermakna:
1. Penciptaan Identitas Budaya yang Unik:
Zikir Samman Pasongsongan adalah salah satu unsur khas dalam identitas budaya Sumenep. Ritual ini mencerminkan perpaduan yang harmonis antara budaya lokal Madura dan ajaran Islam. Unsur-unsur seperti tari-tarian, tepukan tangan, dan berbusana muslim adalah bagian integral dari ritual ini, yang menciptakan identitas budaya yang unik.
2. Pengamalan Nilai-nilai Keagamaan:
Ritual ini juga merupakan bentuk pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan masyarakat Sumenep. Zikir, doa, dan pembacaan ayat-ayat Al-Quran adalah bagian penting dari ritual ini, dan peserta melalui praktik ini meningkatkan iman dan taqwa mereka.
3. Mempertahankan Tradisi Sejarah:
Zikir Samman Pasongsongan telah ada selama berabad-abad dan mewarisi tradisi sejarah yang kaya. Masyarakat Pasongsongan Sumenep merasa bangga dengan warisan budaya mereka dan dengan menjalankan ritual ini, mereka mempertahankan dan merayakan warisan tersebut.
4. Penguatan Komunitas:
Ritual ini memperkuat rasa komunitas di antara masyarakat Sumenep. Ketika peserta berkumpul untuk berzikir dan merayakan bersama, mereka merasakan ikatan sosial yang kuat. Ini mempererat hubungan antaranggota masyarakat dan menciptakan rasa saling mendukung.
5. Pendidikan Agama dan Budaya:
Ritual Zikir Samman Pasongsongan juga berperan dalam pendidikan agama dan budaya. Generasi muda belajar tentang nilai-nilai keagamaan dan budaya melalui partisipasi dalam ritual ini dan oleh generasi sebelumnya.
6. Promosi Pariwisata Budaya:
Ritual ini telah menarik perhatian wisatawan yang tertarik untuk menyaksikan dan mengalami budaya Sumenep. Ini membantu mempromosikan pariwisata budaya dan memberikan manfaat ekonomi kepada komunitas.
7. Toleransi Antaragama:
Ritual ini juga merupakan contoh bagaimana masyarakat Sumenep membuka pintu mereka untuk tamu dari luar komunitas mereka, termasuk mereka yang mungkin berbeda agama. Ini membantu membangun toleransi dan pemahaman antaragama dalam masyarakat.
Zikir Samman Pasongsongan adalah perpaduan yang indah antara identitas kultural dan keagamaan dalam kehidupan masyarakat Sumenep. Ritual ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh keagamaan dan budaya lokal dalam membentuk identitas komunitas dan memelihara nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi.
C. Pengaruhnya terhadap Generasi Muda dan Pemeliharaan Tradisi
Ritual Zikir Samman Pasongsongan memiliki dampak
yang signifikan pada generasi muda masyarakat Pasongsongan di Kabupaten
Sumenep, Pulau Madura, Indonesia, serta memainkan peran penting dalam
pemeliharaan tradisi yang kaya:
1. Pendidikan Agama dan Budaya:
Ritual
ini berfungsi sebagai sekolah agama dan budaya bagi generasi muda Sumenep.
Mereka belajar nilai-nilai keagamaan dan budaya melalui partisipasi aktif dalam
ritual ini, serta dari generasi sebelumnya yang bertindak sebagai mentornya.
2.
Peningkatan Kesadaran Identitas Kultural:
Generasi
muda Sumenep mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang identitas
kultural mereka melalui Zikir Samman Pasongsongan. Mereka memahami pentingnya
menjaga tradisi dan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari nenek moyang
mereka.
3.
Perpetuasi Bahasa dan Musik Tradisional:
Selama
ritual ini, generasi muda terpapar pada bahasa Madura dan musik tradisional. Ini
membantu dalam pelestarian bahasa lokal dan warisan musik yang seiring waktu
bisa terlupakan.
4.
Pengalaman Spiritual:
Partisipasi
dalam ritual ini memberikan pengalaman spiritual yang mendalam bagi generasi
muda. Mereka belajar bagaimana menjalani kehidupan yang penuh dengan
nilai-nilai keagamaan dan berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan.
5.
Keterlibatan Sosial:
Melalui
partisipasi dalam Zikir Samman Pasongsongan, generasi muda terlibat dalam
aktivitas sosial dan komunitas yang menguatkan rasa persatuan. Mereka merasa
memiliki peran penting dalam mempertahankan tradisi ini.
6.
Transfer Pengetahuan Generasi:
Ritual
ini adalah wadah penting untuk mentransfer pengetahuan dan praktik budaya dari
generasi lebih tua ke generasi muda. Ini memastikan bahwa tradisi tersebut
terus hidup dalam komunitas.
7.
Penghargaan terhadap Warisan Budaya:
Generasi
muda Sumenep mengembangkan penghargaan yang lebih besar terhadap warisan budaya
mereka melalui partisipasi dalam ritual ini. Mereka menjadi pelindung budaya
yang kuat dan melanjutkan peran dalam melestarikannya.
8.
Kemungkinan Pengembangan Karir Seni dan Kebudayaan:
Ritual
ini juga membuka peluang bagi generasi muda untuk mengembangkan karir di bidang
seni dan budaya, seperti menjadi penari, pemusik, atau pelaku seni lainnya,
yang pada gilirannya dapat mempromosikan dan melestarikan seni dan budaya
tradisional Madura.
Melalui pengaruhnya pada generasi muda, Zikir Samman Pasongsongan berperan penting dalam pemeliharaan tradisi budaya dan agama di Kabupaten Sumenep. Generasi muda adalah pelanjut tradisi ini, dan melalui partisipasi mereka, tradisi ini tetap hidup dan relevan dalam kehidupan masyarakat Sumenep.
V. Tantangan dan Ancaman terhadap
Kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan
A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan
1. Perubahan Sosial dan Modernisasi: Dalam era modern, masyarakat Sumenep menghadapi perubahan sosial yang signifikan. Teknologi, urbanisasi, dan gaya hidup modern memengaruhi cara masyarakat melihat dan berpartisipasi dalam Zikir Samman Pasongsongan. Upaya pemeliharaan tradisi perlu beradaptasi dengan perubahan ini.
2. Generasi Muda dan Minat: Minat generasi muda dalam Zikir Samman Pasongsongan dapat mempengaruhi kelangsungan ritual ini. Penting bagi generasi muda untuk merasa terlibat dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai dan makna ritual ini agar mereka mau melanjutkan tradisi ini.
3. Pemahaman dan Kebijakan Pemerintah: Dukungan pemerintah daerah dalam upaya melestarikan dan mempromosikan Zikir Samman Pasongsongan dapat menjadi faktor penting. Kebijakan yang mendukung acara budaya dan keagamaan serta pendanaan untuk pelestarian warisan budaya lokal bisa berdampak positif pada kelangsungan ritual ini.
4. Kehadiran Pendatang dan Diversitas Budaya: Kehadiran pendatang dan diversitas budaya dapat memengaruhi cara masyarakat Sumenep memandang dan mempraktikkan Zikir Samman Pasongsongan. Upaya untuk mengintegrasikan elemen-elemen budaya baru dengan tradisi lokal dapat memainkan peran dalam kelangsungan ritual ini.
5. Konflik dan Ketegangan Sosial: Faktor-faktor seperti konflik sosial atau ketegangan antaragama dapat mempengaruhi kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan. Dalam situasi konflik, ritual keagamaan dapat menjadi simbol persatuan atau juga menjadi sasaran ketegangan.
6. Ketersediaan Sumber Daya: Ketersediaan sumber daya seperti tempat ibadah, instrumen musik, dan dukungan finansial untuk penyelenggaraan ritual dapat memengaruhi kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan. Ketersediaan sumber daya ini dapat membatasi atau memungkinkan perayaan ritual.
7. Pendidikan dan Penelitian: Pendidikan dan penelitian mengenai Zikir Samman Pasongsongan dapat memainkan peran penting dalam memahami, melestarikan, dan mempromosikan ritual ini. Penelitian akademis dan pendidikan formal dapat membantu generasi muda menghargai dan memahami lebih dalam tradisi ini.
8. Dukungan Komunitas dan Organisasi: Organisasi keagamaan, budaya, dan masyarakat sipil dapat memiliki peran besar dalam mendukung kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan. Mereka dapat mengadakan acara-acara yang mempromosikan ritual ini dan membantu dalam pelestarian warisan budaya lokal.
Pemahaman faktor-faktor ini adalah kunci dalam merencanakan upaya untuk menjaga kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan. Memahami dinamika sosial, budaya, dan keagamaan yang memengaruhi ritual ini dapat membantu komunitas Sumenep dalam mempertahankan tradisi berharga ini di tengah perubahan zaman.
B. Upaya Pelestarian dan Revitalisasi Zikir Samman Pasongsongan
Pelestarian dan revitalisasi Zikir Samman Pasongsongan adalah langkah penting untuk memastikan kelangsungan ritual ini dan memastikan bahwa warisan budaya dan keagamaan masyarakat Sumenep di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Indonesia tetap hidup dan relevan. Berbagai upaya telah diambil untuk tujuan ini:
1. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Melalui program pendidikan formal dan informal, masyarakat Sumenep, khususnya generasi muda, diberikan pemahaman yang lebih baik tentang makna, nilai, dan sejarah Zikir Samman Pasongsongan. Hal ini membantu mereka menghargai dan memahami lebih dalam tradisi ini.
2. Pelatihan dan Pembinaan Generasi Muda: Generasi muda dilibatkan dalam latihan dan pembinaan terkait ritual ini. Mereka diajari tentang teknik zikir, tari-tarian tradisional, dan berbagai aspek budaya dan keagamaan yang terkait dengan Zikir Samman Pasongsongan.
3. Penggunaan Media Sosial dan Teknologi: Pemanfaatan media sosial dan teknologi modern membantu mempromosikan dan menyebarkan informasi tentang Zikir Samman Pasongsongan. Video dokumenter, rekaman audio, dan situs web dapat digunakan untuk menciptakan kesadaran lebih luas tentang ritual ini.
4. Pengorganisasian dan Event Budaya: Masyarakat Sumenep sering mengadakan event budaya yang menampilkan Zikir Samman Pasongsongan sebagai bagian dari acara tersebut. Ini termasuk festival budaya, pameran seni, dan pertunjukan budaya yang menarik perhatian wisatawan dan penduduk lokal.
5. Kerja Sama Lintas Generasi: Kerja sama antara generasi lebih tua dan generasi muda dalam masyarakat Sumenep adalah kunci untuk melestarikan ritual ini. Generasi lebih tua berperan sebagai guru yang mentransfer pengetahuan mereka kepada generasi muda, menjaga tradisi ini tetap hidup.
6. Kerja Sama dengan Pemerintah: Pemerintah daerah dapat mendukung pelestarian dan revitalisasi ritual ini melalui dukungan finansial, pembangunan infrastruktur, dan perencanaan acara resmi yang menghormati dan mempromosikan warisan budaya ini.
7. Konservasi Tempat Ibadah: Pemeliharaan tempat ibadah, seperti masjid atau langgar, yang digunakan untuk ritual ini adalah penting. Infrastruktur yang baik membantu dalam penyelenggaraan ritual dengan lancar.
8. Pengembangan Kerjasama dengan Peneliti dan Akademisi: Kerja sama dengan peneliti dan akademisi bidang budaya dan agama dapat membantu dalam menggali lebih dalam aspek-aspek historis dan budaya dari Zikir Samman Pasongsongan, serta mempromosikannya secara lebih efektif.
Pelestarian dan revitalisasi Zikir Samman Pasongsongan adalah tugas bersama komunitas Sumenep, pemerintah, dan pihak-pihak terkait lainnya. Upaya ini penting untuk menjaga tradisi yang berharga ini tetap hidup dan terus memberikan manfaat budaya dan keagamaan bagi masyarakat Sumenep.
VI. Studi Kasus atau Wawancara
A. Catatan dari Wawancara dengan Tokoh-tokoh Lokal dan Partisipan Zikir Samman Pasongsongan
Wawancara dengan Agus Sugianto, budayawan keturunan Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin. Ia lahir dan besar di Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura.
Pertanyaan 1: Bagaimana Anda pertama kali terlibat dalam Zikir Samman Pasongsongan dan apa yang membuat Anda tertarik untuk berpartisipasi?
Jawaban: "Bagi saya, nilai terbesar dalam Zikir Samman Pasongsongan adalah rasa kedekatan dengan Tuhan. Ritual ini memungkinkan kami untuk berzikir bersama dan mendekatkan diri kepada-Nya. Ini juga adalah cara kami untuk menjaga tradisi leluhur kami."
Pertanyaan 2: Apa yang menurut Anda menjadi nilai terbesar atau makna pribadi dalam Zikir Samman Pasongsongan?
Jawaban: "Saya pertama kali terlibat dalam Zikir Samman Pasongsongan ketika saya masih sangat muda, didorong oleh keluarga saya yang selalu menjunjung tinggi tradisi ini. Saya tertarik karena saya melihat bagaimana ritual ini menciptakan kebersamaan dalam keluarga dan komunitas kami."
Pertanyaan 3: Bagaimana Anda melihat peran Zikir Samman Pasongsongan dalam melestarikan budaya lokal dan identitas kultural masyarakat Sumenep?
Jawaban: "Ritual ini adalah jantung dari budaya masyarakat Desa Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Kami menyelaraskan unsur-unsur agama Islam dengan budaya lokal Madura, menciptakan sesuatu yang sangat unik. Ini adalah salah satu cara kami memelihara budaya kami dan menghormati warisan leluhur kami."
Wawancara dengan Akhmad Jasimul Ahyak, Ketua Lesbumi MWC NU Pasongsongan Kabupaten Sumenep yang juga keturunan Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin.
Pertanyaan 1: Bagaimana Anda melihat generasi muda dalam partisipasi Zikir Samman Pasongsongan, dan apakah Anda melihat tantangan tertentu dalam mewariskan tradisi ini kepada mereka?
Jawaban: "Generasi muda adalah kunci kelangsungan ritual ini. Mereka memiliki semangat dan antusiasme untuk menjaga tradisi ini tetap hidup. Namun, tantangan utama adalah mengimbangi antara dunia modern dan tradisi lama. Kami berusaha untuk terlibat mereka dan mengajarkan nilai-nilai tradisional seiring dengan perkembangan zaman."
Pertanyaan 2: Apakah Anda melihat perkembangan atau perubahan dalam Zikir Samman Pasongsongan selama bertahun-tahun, dan bagaimana Anda melihat masa depan ritual ini?
Jawaban: "Ada perkembangan dalam Zikir Samman Pasongsongan, terutama dalam hal partisipasi masyarakat yang semakin banyak. Kami ingin terus mengembangkan dan mempromosikan ritual ini, termasuk dengan berkolaborasi dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya. Ini adalah warisan berharga yang harus dijaga untuk generasi mendatang."
Wawancara dengan Kiai Haji Imam Arifin, ketua perkumpulan Zikir Samman Pasongsongan dan salah satu aktivis penjaga budaya Zikir Samman Pasongsongan yang asli bersumber dari leluhurnya, yakni Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin.
Pertanyaan 1: Apa motivasi Anda dalam menjaga keaslian Zikir Samman dalam dunia yang kian maju dan canggih?
Jawaban: “Memang awalnya saya selalu resah karena situasi dari tahun ke tahun minat dari kaum muda tidak sehebat ketika saya masih muda. Tapi saya percaya bahwa Zikir Samman Pasongsongan tidak akan punah kendati otak manusia semakin pintar dan cerdas. Alasan utama dari keyakinan itu lantaran Zikir Samman sesungguhnya bagian aliran thoriqoh, yakni sebuah jalan bagi seorang hamba menuju Sang Khalik. Selama keimanan dan keislaman seseorang masih tertanam di jiwanya, saya percaya mereka akan mencari jalan untuk mendapatkan sebuah ketenangan jiwa, karena benturan masalah pada manusia setiap waktu akan datang selama nyawa masih tetap di kandung badan.”
Pertanyaan 2: Siapa sesungguhnya Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin dan Nyai Agung Madiya itu?
Jawaban: ”Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin adalah sosok sentral penyebar agama Islam di pesisir pantai utara Pulau Madura sebelum abad XV Masehi karena beliau wafat pada 14 Jumadil Akhir 1000 Hijriah. Catatan penting tentang Syekh Ali Akbar ada di daun pintu tempat beliau dikuburkan. Dan menurut leluhur saya, bahwa prasasti tulisan ukiran di daun pintu itu dipersembahkan Raja Sumenep kepada beliau karena sumbangsih besar yang telah diberikan kepada Kerajaan Sumenep. Sedangkan Nyai Agung Madiya adalah putri Syekh Ali Akbar. Nyai Agung Madiya pernah menyandang pangkat panglima perang ketika Raja Bindara Saod berkuasa. Nyai Agung Madiya dan pasukan dari Kerajaan Sumenep berhasil mengusir penjajah Belanda di Aceh dalam sebuah pertempuran. Dari Aceh inilah Nyai Agung Madiya membawa Zikir Samman ke Pasongsongan.”
Pertanyaan 3: Apakah ada kesamaan Zikir Samman Pasongsongan dengan Zikir Samman dari Aceh?
Jawaban: “Dari bacaan jelas ada kesamaan karena kita tahu kalau Zikir Samman itu tidak lain adalah thoriqoh, yakni sebuah aliran yang menggiring seorang hamba mendekat terhadap Yang Maha Agung. Cuma dalam Zikir Samman Pasongsongan ada koreografi atau semacam gerakan ritmis seiring akapela berupa zikir.
B. Zikir Samman Pasongsongan
1. Jalur Niaga Internasional: Pelabuhan Pasongsongan pada abad XII Masehi sudah menjadi pusat perdagangan dunia. Hadirnya saudagar dari Tiongkok Tibet yang melakukan transaksi jual beli di Pelabuhan Pasongsongan yang menyisakan beberapa keturunan mereka dan hidup rukun dengan masyarakat pribumi.
Saat kedatangan bangsa Cina di Desa Pasongsongan, sesungguhnya seni tradisi Zikir Samman sudah mulai tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yang menyandang predikat muslim tersebut. Bangsa Cina lebih fokus pada dunia bisnis mereka sehingga Zikir Samman terus tumbuh seiring waktu. Tidak ada komunitas yang bisa menghambat laju perkembangan Zikir Samman, meretas budaya dan tradisi sebelumnya. Zikir Samman menjadi budaya Islami satu-satunya yang dimiliki warga Pasongsongan.
2. Komunitas Peranakan Cina: Jejak sejarah keturunan Tiongkok Tibet yang menetap di Desa Pasongsongan hingga sekarang masih ada. Terlihat jelas dari penampilan mata sipit dan kulit putih mereka dan menjadi bukti panorama sejarah panjang tentang keberadaannya. Kendati sebagian besar dari mereka telah menjadi satu kesatuan tak terpisahkan dengan warga pribumi.
Bahkan keluarga besar
Ju’ King mampu beradaptasi dengan lingkungan muslim yang ada di Pasongsongan.
Ju’ King inilah yang menjadi cikal-bakal komunitas Cina di Pasongsongan. Pada
akhirnya ia memeluk Islam dan menunaikan ibadah haji sebagai pelengkap keislamannya.
Namun Ju’ King sepulang menunaikan ibadah haji meninggal dunia di Surabaya dan
dikebumikan di kawasan pemakaman Sunan Ampel Surabaya.
Secara tidak langsung keluarga Ju’ King memang tidak spesifik membuat warna pada Zikir Samman Pasongsongan, justru keluarga besar Ju’ King masuk dalam lingkaran budaya dan tradisi Islami di Pasongsongan.
3. Komunitas Bangsa Arab: Makam para saudagar Arab terkumpul menjadi Asta Buju’ Panaongan yang berlokasi di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan telah memberitahu para ahli sejarah untuk menuliskan tintanya di monumen terbaik. Selain berdagang, kaum Arab ini juga menyebarkan ajaran Islam terhadap warga masyarakat Pasongsongan. Diperkirakan bangsa Arab ini masuk ke Pasongsongan pada abad XVII Masehi.
Kedatangan bangsa Arab di Pasongsongan lewat jalur pelabuhan terbesar di Madura kala itu waktunya hampir bersamaan dengan kedatangan bangsa Cina di Desa Pasongsongan. Bangsa Arab ini juga tidak membuat percikan warna Zikir Samman, karena mereka lebih cenderung pada penyebaran aqidah Islam sebagai tujuan utama mereka dalam pengembaraannya.
4. Hubungan Bilateral: Kerajaan Sumenep punya jalainan persahabatan dengan beberapa kerajaan Islam yang ada di Sulawesi dan Sumatera. Ketika masa penjajahan kolonial Belanda, Kerajaan Sumenep diminta Kerajaan Aceh untuk membantu menumpas penjajah bangsa kulit putih. Upaya mengusir bangsa penjajah itu berhasil. Pasukan perang Kerajaan Sumenep sukses menumpas tentara perang Belanda.
VII. Kesimpulan
A. Ringkasan Temuan Utama
Dalam penelitian ini, beberapa temuan utama yang relevan dengan Zikir Samman Pasongsongan dan perannya dalam masyarakat Sumenep dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Tradisi Berusia Lama: Zikir Samman Pasongsongan adalah ritual keagamaan dan budaya yang memiliki sejarah yang sangat panjang di masyarakat Pasongsongan Sumenep. Ritual ini merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya dan keagamaan Sumenep.
2. Pengaruh Identitas Kultural dan Keagamaan: Ritual ini memadukan unsur-unsur budaya lokal Madura dengan ajaran Islam, menciptakan identitas budaya yang unik. Zikir Samman Pasongsongan adalah ungkapan nyata dari bagaimana identitas kultural dan keagamaan bisa bersatu dalam praktik keagamaan yang mendalam.
3. Peran dalam Kehidupan Masyarakat: Ritual ini memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Sumenep. Ini memperkuat rasa komunitas, meningkatkan nilai-nilai keagamaan, dan mempromosikan toleransi antaragama. Selain itu, ritual ini juga berperan dalam pendidikan agama dan budaya generasi muda.
4. Pemeliharaan Tradisi: Zikir Samman Pasongsongan adalah bagian penting dari pelestarian warisan budaya lokal Madura. Upaya telah diambil untuk melestarikan dan mempromosikan ritual ini melalui berbagai cara, termasuk pendidikan, pelatihan, dan acara budaya.
5. Tantangan dalam Kelangsungan: Meskipun upaya telah dilakukan untuk menjaga kelangsungan ritual ini, masyarakat Sumenep masih dihadapkan pada beberapa tantangan. Perubahan sosial, modernisasi, dan minat generasi muda adalah faktor yang memengaruhi kelangsungan ritual ini.
6. Revitalisasi Melalui Pendidikan dan Teknologi: Upaya untuk melestarikan dan menghidupkan kembali Zikir Samman Pasongsongan melibatkan pendidikan dan teknologi modern. Generasi muda dilibatkan dalam pelatihan, dan media sosial digunakan untuk mempromosikan dan menyebarkan informasi tentang ritual ini.
7. Dukungan Komunitas dan Pemerintah: Dukungan komunitas, organisasi keagamaan, serta dukungan pemerintah daerah sangat penting dalam menjaga kelangsungan Zikir Samman Pasongsongan. Dukungan finansial, perencanaan acara budaya, dan pelestarian tempat ibadah adalah bagian dari upaya tersebut.
Ringkasan temuan utama ini mencerminkan pentingnya Zikir Samman Pasongsongan dalam kehidupan masyarakat Sumenep dan upaya yang telah dilakukan untuk melestarikan dan menghidupkannya kembali. Ritual ini adalah simbol penting dari identitas kultural dan keagamaan yang memainkan peran penting dalam kehidupan komunitas lokal.
B. Implikasi Sosial
dan Budaya
1. Penguatan Identitas Kultural: Zikir Samman Pasongsongan memainkan peran kunci dalam memperkuat identitas kultural masyarakat Sumenep. Ritual ini mencerminkan perpaduan yang harmonis antara budaya lokal Madura dan ajaran Islam, menciptakan identitas budaya yang unik dan kuat. Ini membantu masyarakat Sumenep untuk menjaga dan merayakan warisan budaya mereka.
2. Peningkatan Hubungan Antaranggota Masyarakat: Ritual ini memperkuat rasa komunitas dan persatuan di antara masyarakat Sumenep. Ketika peserta berkumpul untuk berzikir dan merayakan bersama, mereka merasakan ikatan sosial yang kuat. Ini mempererat hubungan antaranggota masyarakat dan menciptakan rasa saling mendukung.
3. Pendidikan Agama dan Budaya: Zikir Samman Pasongsongan adalah ekspresi yang mendalam dari keagamaan masyarakat Sumenep. Melalui ritual ini, mereka meningkatkan iman dan taqwa mereka kepada Tuhan. Ini juga memberikan mereka kesempatan untuk memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam dan nilai-nilai budaya lokal.
4. Warisan Budaya: Ritual ini adalah salah satu bagian penting dari warisan budaya masyarakat Sumenep. Mereka mewarisi tradisi ini dari generasi ke generasi sebagai bentuk penghormatan terhadap nenek moyang mereka dan sebagai cara untuk melestarikan kekayaan budaya lokal.
5. Promosi Pariwisata Budaya: Zikir Samman Pasongsongan juga berperan dalam mempromosikan pariwisata budaya di Sumenep. Banyak wisatawan tertarik untuk menyaksikan dan mengalami ritual ini, yang pada gilirannya membantu mempromosikan budaya Sumenep dan memberikan manfaat ekonomi kepada komunitas.
6. Peningkatan Hubungan Antarumat Beragama: Ritual ini juga memberikan kesempatan bagi warga Sumenep untuk menjalin hubungan baik dengan umat beragama lain di daerah tersebut. Masyarakat Sumenep sering membuka pintu mereka untuk tamu dari luar komunitas mereka, yang membantu membangun toleransi dan pemahaman antaragama.
7. Pelestarian Bahasa dan Musik Tradisional: Selama ritual ini, bahasa Madura dan musik tradisional terus hidup. Ini membantu dalam pelestarian bahasa lokal dan warisan musik yang seiring waktu bisa terlupakan.
8. Transfer Pengetahuan Generasi: Ritual ini adalah wadah penting untuk mentransfer pengetahuan dan praktik budaya dari generasi lebih tua ke generasi muda. Ini memastikan bahwa tradisi tersebut terus hidup dalam komunitas.
9. Kesempatan Pendidikan dan Karier: Ritual ini juga membuka peluang bagi generasi muda untuk mengembangkan karir di bidang seni dan kebudayaan, seperti menjadi penari, pemusik, atau pelaku seni lainnya, yang pada gilirannya dapat mempromosikan dan melestarikan seni dan budaya tradisional Madura.
Implikasi sosial dan budaya dari Zikir Samman Pasongsongan mencerminkan kompleksitas dan pentingnya ritual ini dalam kehidupan masyarakat Sumenep. Ritual ini adalah contoh bagaimana keagamaan dan budaya dapat bersatu dalam cara yang harmonis dan menguntungkan dalam kehidupan komunitas lokal.
C. Rekomendasi untuk Pelestarian dan Penelitian
Lanjutan
1. Pembinaan Generasi Muda: Mendorong partisipasi aktif generasi muda dalam ritual Zikir Samman Pasongsongan melalui program pelatihan dan pendidikan. Ini dapat mencakup pengajaran teknik zikir, tari-tarian tradisional, dan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai keagamaan dan budaya yang terkait dengan ritual ini.
2. Kerjasama dengan Lembaga Pendidikan: Mengintegrasikan aspek Zikir Samman Pasongsongan dalam kurikulum pendidikan formal, termasuk di sekolah-sekolah lokal. Ini dapat membantu memperkuat pemahaman dan apresiasi generasi muda terhadap tradisi ini.
3. Dokumentasi dan Penelitian: Melakukan penelitian lanjutan tentang sejarah, makna, dan aspek budaya dari Zikir Samman Pasongsongan. Ini akan membantu dalam memperdalam pemahaman tentang ritual ini dan membuat catatan yang berharga untuk generasi mendatang.
4. Kerja Sama dengan Pemerintah Daerah: Mengembangkan kemitraan dengan pemerintah daerah untuk mendukung pelestarian warisan budaya, termasuk pembangunan dan pemeliharaan tempat ibadah yang digunakan dalam ritual ini.
5. Promosi dan Pameran Budaya: Melakukan lebih banyak pameran budaya dan festival yang menampilkan Zikir Samman Pasongsongan. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat lokal dan wisatawan tentang ritual ini.
6. Media Sosial dan Teknologi: Memanfaatkan media sosial dan teknologi modern untuk mempromosikan Zikir Samman Pasongsongan. Membuat situs web, saluran YouTube, atau akun media sosial yang didedikasikan untuk ritual ini dapat membantu dalam mencapai khalayak yang lebih luas.
7. Kerjasama dengan Peneliti dan Akademisi: Berkolaborasi dengan peneliti dan akademisi dalam studi budaya, antropologi, dan agama untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang ritual ini dan bagaimana ritual ini berinteraksi dengan budaya dan agama Sumenep.
8. Pengembangan Turisme Budaya: Mendorong pengembangan turisme budaya yang berkelanjutan yang mencakup Zikir Samman Pasongsongan. Ini dapat membantu dalam memberikan dukungan finansial tambahan untuk pelestarian ritual ini.
9. Kesadaran tentang Perubahan Sosial: Mempertimbangkan dampak perubahan sosial dan modernisasi terhadap ritual ini dalam perencanaan pelestarian dan pengembangan. Ini termasuk mempertimbangkan cara untuk mengintegrasikan elemen-elemen baru tanpa mengorbankan inti tradisi.
10. Kolaborasi Antar-Komunitas: Membangun kerjasama dengan komunitas lain di daerah tersebut untuk mempromosikan toleransi, pemahaman, dan kerja sama antaragama melalui Zikir Samman Pasongsongan.
Rekomendasi ini dirancang untuk membantu menjaga dan menghidupkan kembali tradisi Zikir Samman Pasongsongan sambil mempromosikan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai budaya dan agama yang terkait dengannya. Implementasi langkah-langkah ini dapat membantu memastikan bahwa warisan budaya ini tetap hidup dan relevan dalam masyarakat Sumenep.
Vlll. Daftar Pustaka
https://youtu.be/y0uTSpdA-OA?si=gHLY7CYDogash4HM
https://youtu.be/KKe6BoLDTCk?si=tOKbSrEuZweqUnOf
https://youtu.be/JRmkFP5_UZY?si=IivyUdcJVJ92bZQ8
https://youtu.be/ga_yTIULWts?si=_zI5H2_BA09-0uqw
https://youtu.be/2ievMQTfFog?si=uuGnsvJb6lpytKvV
https://youtu.be/1SyXl7f8Uqc?si=diUz2sE_x6NrBltw
https://youtu.be/AjmMK7Ydz_o?si=Taj5B0ewoDD1JX_5
https://youtu.be/3LdkiQ_5zDE?si=TRyURzMWxesvW3GA
https://youtu.be/Q7LqiQBKw-E?si=gw6vukd-tDvp4bKL
https://youtu.be/pF8b0gw5ql8?si=pg7gix60UGKsD0x2
https://www.apoymadura.com/2023/03/blog-post_76.html
https://www.apoymadura.com/2023/03/blog-post_21.html
https://www.apoymadura.com/2023/03/blog-post_8.html
https://www.apoymadura.com/2023/03/blog-post_4.html
https://www.apoymadura.com/2022/02/warna-baru-zikir-samman-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2022/01/jasimul-nakhodai-perkumpulan-zs.html
https://www.apoymadura.com/2022/01/reorganisasi-perkumpulan-zikir-samman.html
https://limadetik.com/zikir-saman-khas-desa-pasongsongan/
https://www.apoymadura.com/2022/01/ajang-silaturahmi-perkumpulan-zikir.html
https://www.apoymadura.com/2022/01/terkini-haul-ke-443-syekh-ali-akbar.html
https://www.apoymadura.com/2022/01/menggali-zikir-samman-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2022/01/perkumpulan-zikir-samman-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2021/04/riwayat-syekh-ali-akbar-pasongsongan-15.html
https://www.apoymadura.com/2021/04/riwayat-syekh-ali-akbar-pasongsongan-13.html
https://www.apoymadura.com/2021/04/refleksi-sejarah-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2021/03/warna-baru-lesbumi-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2021/03/desa-pasongsongan-dulu-dan-kini.html
https://www.apoymadura.com/2021/03/zikir-samman-dan-lesbumi-mwc-nu.html
https://www.apoymadura.com/2021/03/zikir-samman-program-lanjutan-lesbumi.html
https://www.apoymadura.com/2021/03/lesbumi-pasongsongan-dan-persiapan-hari.html
https://www.apoymadura.com/2021/03/zikir-samman-dan-lesbumi-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2021/02/pelangi-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2021/01/haul-syekh-ali-akbar-pasongsongan-dan.html
https://www.apoymadura.com/2020/11/hari-jadi-kecamatan-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2020/09/nyai-madiya-zikir-samman-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2020/04/benarkah-cut-meutia-adalah-nyai-agung.html
https://www.apoymadura.com/2020/04/sejarah-zikir-saman-di-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2020/01/zikir-saman-di-desa-pasongsongan.html
https://www.apoymadura.com/2020/01/zikir-saman-khas-desa-pasongsongan.html
Biodata Penulis
Yant Kaiy nama asli Suriyanto, lahir pada 1971 di Sumenep.
Karya-karyanya tersebar di berbagai media massa cetak, antara lain: Jawa Pos,
Karya Darma, Bhirawa, Majalah Kuncup, Jayakarta, Swadesi, Tabloid Idola, Berita
Yudha, Mutiara, Sinar Pagi, Berita Buana, Surabaya Post, dan lain-lain.
Novelnya berjudul “Ombak dan Pantai” diterbitkan Karya Anda Surabaya
sebanyak 20 seri.
Buku cerita anak karyanya antara lain: Bung Karno, Bung Hatta, Cerita
Rakyat Madura “Kortak”, Pesan Ibu (Penerbit Papas Sinar Sinanti, Depok);
Halima, Cerita Rakyat Madura “Ki Moko”, Kumpulan Cerita Anak (Penerbit Garoeda
Buana Indah,Pasuruan).
Buku sejarah karyanya: Syekh Ali Akbar (Menelisik Sejarah Pasongsongan yang Terputus), Tiga Objek Bersejarah di Pasongsongan (Penerbit Rumah Literasi).
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.