Habib Indonesia Didatangkan oleh Penjajah Belanda, Ceramah Gus Abbas Buntet

Gus abbas
Gus Abbas Buntet

apoymadura.com - Belakangan ini nama Gus Abbas Buntet menyala terang. Membanjiri halaman beranda aplikasi sosial media di tanah air. 

Ia seorang ulama yang cukup dikenal di kalangan masyarakat nahdliyin. Baru-baru ini menyampaikan ceramah yang membelalakkan mata. Menyadarkan warga nusantara. 

Dalam ceramahnya, ia menyatakan bahwa para habib dari Yaman yang ada di Indonesia didatangkan oleh penjajah Belanda untuk kepentingan kolonial. 

"Para habib ini tidak hanya sekadar pendatang, tetapi juga berfungsi sebagai antek-antek Belanda yang berusaha mengontrol masyarakat Indonesia," terang Gus Abbas di kanal Youtube Pondok Nusantara. 

Gus Abbas juga menjelaskan, bahwa sejak masa penjajahan Belanda, ada upaya sistematis untuk melemahkan gerakan perlawanan rakyat. 

Salah satu strategi yang digunakan adalah dengan membawa para tokoh agama dari Yaman. Mereka menggunakan beraneka cara untuk mempengaruhi dan mengendalikan penduduk lokal. 

"Para habib ini dijadikan boneka oleh penjajah Belanda. Mereka diberikan kedudukan empuk dan dipromosikan sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW," tambahnya tanpa tedeng aling-aling. 

Menurut Gus Abbas, peran para habib tersebut tidak murni menyebarkan agama Islam, tetapi juga sebagai alat politik untuk mengukuhkan kekuasaan Belanda. 

Mereka, katanya, seringkali diberi kedudukan istimewa oleh pemerintah kolonial, dan pada gilirannya, mereka membantu mempertahankan status quo sang penjajah.

Sejarah penjajahan memang penuh dengan intrik dan manipulasi, termasuk dalam hal agama. 

Masyarakat tanah air percaya, bahwa para habib telah berhasil mengelabui penduduk lokal selama puluhan tahun. 

Sejarah Islam di Indonesia memang kompleks dan penuh dengan dinamika, sehingga terkuaklah tabir "kebusukan" para habib tersebut. Mereka menutupinya dengan khurafat, cerita bombastis, fiksi yang menyimpang dari Islam. 

Gus Abbas sendiri telah menyatakan bahwa niatnya adalah untuk mengajak umat Islam lebih kritis dan tidak begitu saja menerima narasi sejarah tanpa kajian. [Sury4]