Perkumpulan Macopat Madura Lesbumi MWC NU Pasongsongan Sumenep Tetap Menyala Hingga Saat Ini

Therapy banyu urip
Pagelaran Macopat Lesbumi MWC NU Pasongsongan Sumenep. [Foto: Surya]

apoymadura.com - Perkumpulan Macopat Madura di bawah naungan Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Pasongsongan, Sumenep, tetap menunjukkan eksistensinya hingga saat ini. 

Komunitas ini menjadi salah satu wadah penting bagi kelestarian seni dan budaya Madura, khususnya dalam kesenian Macopat.

"Sejak didirikan, perkumpulan ini berkomitmen untuk melestarikan kekayaan seni tradisional Madura," kata Akhmad Jasimul Ahyak,  Ketua Lesbumi Pasongsongan. 

Tembang Macopat sendiri adalah salah satu warisan sastra lisan Madura yang berbentuk syair dengan alunan khas dan menggunakan bahasa Madura dalam penjabarannya.

"Perjalanan panjang Lesbumi MWC NU Pasongsongan tidak terlepas dari dukungan para tokoh masyarakat, seniman, budayawan, serta pengurus NU setempat," imbuh Jasimul. 

Kegiatan yang dilakukan Lesbumi ini tidak melulu berfokus pada pelestarian seni, namun juga bertujuan untuk menggugah warga Madura, bahwa Macopat dulu pernah berjaya dan hampir masyarakat menyukainya. 

"Oleh karena itu, perkumpulan ini rutin menggelar pertunjukan dengan sistem arisan. Siapa yang dapat arisan, maka dia dapat giliran. Jadi pentasnya berpindah-pindah, dari rumah ke rumah," ucap Jasimul. 

Dengan demikian, kelestarian Macopat bisa terus terjaga dan seni ini tidak kehilangan penerusnya.

Jasimul juga mengungkapkan, bahwa dua tokoh penting di balik keberlangsungan perkumpulan ini adalah Kiai Mohamad Tohari dan Ustadz Salehodin Khoir. 

Mereka berdua selalu menginspirasi para anggota untuk tetap berjuang dalam melestarikan budaya lokal. 

"Menurut mereka berdua, bahwa pelestarian Macopat bukan sekadar menjaga seni tradisi, tetapi juga mempertahankan identitas budaya Madura di tengah gempuran budaya asing," terangnya. [Surya]