Tenggelam
Pentigraf: Yant Kaiy Aku telah melewati batasan-batasan harga diri sebagai seorang perempuan. Walau dunia pendidikanku lebih tinggi dari orang-orang baru disekitar. Empat belas tahun aku ikut suami bekerja sebagai karyawan di pabrik makanan ringan. Dia orang terpelajar juga. Tapi nasib berbicara lain. Impian tak sesuai kenyataan. Menikmati hidup bersama tiga orang putra banyak tantangan. Butuh kesabaran dalam suasana serba kekurangan uang belanja. Namun kami tak mau menyerah, pasrah pada himpitan cobaan. Kami terus bergerak menggapai apa yang kami bisa. Tak kenal lelah, tak mudah menyerah. Kami terus tenggelam dalam baris-baris doa sepanjang malam sunyi. Sebab syukur tidak hanya lewat ucapan.[] Pasongsongan, 30/7/2021